Taubat berarti kembali, sebuah perasaan takut pada Allah yang
mendorong seorang hamba untuk kembali kepadaNya. Taubat diawali dengan
pemahaman akan dosa serta kedudukan diri di hadapan Allah, pemahaman yang
menimbulkan rasa takut dan menimbulkan perbuatan, yaitu keinginan bertaubat dan
konsisten bertaubat.
Ketika mendengar kata taubat, sebagian orang bisa saja berpikir
bahwa taubat ini hanya diperuntukkan bagi para pelaku dosa besar, berpikir
bahwa perintah taubat ini hanya diperuntukkan bagi mereka yang telah berzina,
jauh dari Islam atau dosa besar
lainnya. Tapi, yakinkah kita bebas dari dosa besar itu?
Sesungguhnya seorang Mukmin itu melihat dosa-dosanya seolah-olah
dia berada di kaki sebuah gunung, dia khawatir gunung itu akan menimpanya.
Sebaliknya, orang yang durhaka melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat yang
hinggap di atas hidungnya, dia mengusirnya dengan tangannya –begini-, maka lalat
itu terbang. [HR. at-Tirmidzi]
Sahabatku, mari kita renungkan lagi amalan kita. Bukankah
mengakhirkan shalat itu dosa besar? Bukankah menggunjing itu dosa besar?
Bebaskah mata ini dari dosa? Dari melihat yang tidak seharusnya?
Maka kecelakaan bagi orang yang melakukan shalat. (yaitu) Mereka
yang lalai dalam shalatnya. (QS Al Ma’un:4-5)
Sukakah salah seorang kalian makan bangkai saudaranya? (QS Al
Hujurat:12)
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka
menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih
suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat. ”(QS.
An Nuur: 31)
Begitu banyak dosa di sekitar kita yang mungkin tidak disadari.
Memang manusia pada dasarnya tidak bisa lepas dari dosa. Kita, dengan segala
keadaan yang dimiliki, punya potensi untuk bermaksiat, sesuai dengan fitrah
penciptaan manusia. Namun dengan banyaknya maksiat itu kita diciptakan untuk
mengenal Allah. Malukah kita jika nanti ketika kita datang kepada Allah dan
berkata, “Kau telah menciptakanku dan aku tidak mengenal-Mu.” Maka dengan
segala maksiat yang telah diperbuat, bukanlah aib jika kita datang kepada
Allah, memohon ampunan kepada-Nya.
Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Anas ra. ia berkata,
“Rasulullah SAW. bersabda: “Sungguh Allah sangat gembira dengan taubat
hambaNya ketika bertaubat kepada-Nya, melebihi senangnya seorang hamba yang
bepergian dengan binatang tunggangannya di sebuah negeri yang gersang, lalu
kendaraannya tadi hilang, padahal bekal makan dan minumnya berada di atasnya,
sampai ia putus asa untuk bisa mendapatkannya lagi, lalu ia berteduh di bawah
pohon dengan diliputi keputusasaan. Ketika seperti itu, tiba-tiba kendaraannya
berdiri di sampingnya, lalu ia pegang tali kendalinya, kemudian berkata dengan
gembiranya : “Ya Allah, Engkau adalah hambaku sedangkan aku adalah tuhan-Mu!!
Dia salah mengucapkannya karena terlalu gembiranya.” (HR. Muslim)
Allah berfirman, “Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah
wahai orang-orang yang beriman mudah-mudahan kalian menjadi orang yang
beruntung. (QS An Nur :31)
…Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat, dan orang
yang menyucikan diri. (QS Al Baqarah:22)
Dan barangsiapa yang belum bertaubat maka mereka termasuk golongan
orang-orang dzalim (QS Al Hujurat:11)
Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang yang berbuat dusta
kepada Allah mukanya menjadi hitam. Bukankah di neraka Jahannam itu ada tempat
bagi orang-orang yang menyombongkan diri? (QS Az Zumar:60)
Dalam ayat di atas disebutkan bahwa Allah memerintahkan taubat
untuk orang-orang beriman, bukanlah hanya mereka yang berdosa besar. Artinya
perintah ini memang ditujukan kepada setiap Muslim. Sungguh indah perkataan
Allah yang menyatakan bahwa Allah akan mencintai mereka yang bertaubat dan
senantiasa menyucikan diri. Mungkin sahabat pernah mendengar hadits yang
mengatakan salah satu orang yang akan dinaungi oleh Allah di hari kiamat kelak
yaitu orang yang berzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri hingga kedua
matanya meneteskan air mata. Lalu kapankah kita terakhir menangis karena Allah?
Kapankah kita sujud dengan dalam di hadapan Allah?
“Dua mata yang tidak akan disentuh oleh api Neraka: (pertama)
mata yang menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wata’ala, (kedua) mata
yang bermalam dalam keadaan berjaga di jalan Allah Subhanahu wata’ala.” (HR.
At-Tirmidzi)
Sahabatku, setelah kita tahu pentingnya bertaubat, maka timbul
pertanyaan taubat seperti apakah yang akan diterima oleh Allah? Diantaranya ada
tiga macam syarat taubat yang menjadi hak Allah yaitu:
- Menyesal
- Berhenti dari berbuat dosa
- Bertekad untuk tidak melakukannya lagi
Ketiga syarat taubat ini merupakan amalan hati, dan amalan
hati hanya Allah lah yang mengetahui diterima atau tidaknya. Kita hanya bisa
berusaha untuk terus mengoreksi diri dan amalan kita, mengoreksi niat yang mungkin kurang terjaga. Masalah diterima atau tidaknya, kita serahkan
kembali pada Allah. Bahkan bagi mereka yang bertaubat, Allah tidak hanya akan
mengampuni dosanya, Allah pun akan diganti dengan kebaikan (lihat QS Al
Furqan : 68-70)
Sahabatku, marilah kita senantiasa mengoreksi lagi amalan kita,
memperhatikan lagi apakah selama ini dalam beramal kita telah memenuhi
syaratnya, yaitu ikhlas dan ittiba’? Teruslah bertaubat, meminta ampunan kepada
Allah dari segala maksiat yang telah dilakukan, agar saat bertemu denganNya
kelak, Allah pun akan senang kepada kita.
Sungguh Allah membentangkan tanganNya setiap malam agar orang yang
berbuat kejelekan di siang hari mau bertaubat. Dan Dia juga membentangkan
tanganNya di siang hari agar orang yang berbuat kejelekan di malam hari mau
bertaubat. (HR Muslim dan Imam Ahmad).
No comments:
Post a Comment