I. LATAR BELAKANG
Jikalau ingin dipaksakan bahwa hal tersebut berlaku bagi Umat Islam di zaman Nabi Muhammad SAW, maka tentu berlaku pula aksioma bahwa:
Ulasan :
2. Namun kenyataannya Nabi mengajarkan agar ajak mereka kepada sholat 5 waktu, kemudian
3. Jika mereka mau menerima, maka sampaikan kepada mereka untuk membayar zakat dengan cara ambil dari orang-orang kayanya dan diberikan kepada orang-orang miskinnya
Utbah pun berkata : “Hentikan! Apakah kau tidak mempunyai syair selain itu?” “Tidak,” Rasulullah saw. menyahut. Utbah bergegas kembali kepada kaum Quraisy. Mereka bertanya : “Apa yang telah terjadi?” Utbah menjawab : “Apa yang kalian perintahkan untuk disampaikan telah kusampaikan semuanya tanpa ada satu pun yang ketinggalan. ”Mereka bertanya : “Apakah dia menjawab semua pertanyaanmu?” “Ya,” jawab Utbah. Dia melanjutkan : “Tidak, demi Dzat Yang telah menegakkan Ka’bah, aku tidak memahami perkataannya sedikitpun kecuali dia mengancam kalian dengan petir sebagaimana yang telah ditimpakan kepada kaum ‘Aad dan Tsamud. ”Mereka berkata : “Celakalah kamu! Lelaki itu telah berbicara padamu dengan menggunakan bahasa Arab tetapi mengapa kau tidak paham apa yang dikatakannya?”“Tidak!” jawab Utbah lagi, “Demi Allah, aku tidak memahami kata-katanya kecuali ancaman petir itu.”
Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman (QS. Ar Rum : 47) ??!!
Sekarang marilah kita bandingkan dengan “Perjuangan Untuk Mendirikan Negara Islam” yang berujung pada kegagalan total dan meninggalkan kesan buruk sampai sekarang, misalnya :
Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (Qs. Al Qashash : 83)
Dasar pemikiran saudara-saudara kita yang menginginkan berdirinya Negara Islam
Indonesia (NII) antara lain :
Pemerintah Republik Indonesia yang ada sekarang ini tidak berhukum dengan
hukum Allah/Islam padahal penduduknya mayoritas beragama Islam maka, menurut
mereka, “Barangsiapa yang tidak berhukum dengan hukum Allah dia dikategorikan sebagai:
·
Kafir (Qs. Maidah : 44)
·
Dzolim (Qs. Maidah : 45)
·
Fasiq (Qs. Maidah : 47)
Kemudian mereka juga berpendapat oleh karena Pemerintahan Indonesia ini
merupakan pemerintahan thoghut maka mereka mengharuskan
orang-orangnya untuk hijrah sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Nabi SAW dan
para Shahabat R. hum hijrah dari Mekkah ke Madinah (Qs. An Nisa : 97). Dalam pemikiran mereka, Syareat Islam yang mereka perjuangkan menurut cara
mereka tersebut dapat terwujud apabila mempunyai wadah Negara Islam (Qs. An Nur
: 55). Oleh karena itu semua, untuk memperoleh kemenangan maka diperlukan
persiapan semaksimalnya kalau perlu dengan menggunakan kekerasan alias perang,
dan peperangan yang dilakukan mereka kategorikan jihad (Qs. Al Anfal : 60)
II. PEMBAHASAN DAN PELURUSAN
Tentang ayat-ayat dalam Al Qur’an surat Al Maidah 44,45,46 & 47 yang
mereka gunakan sebenarnya ayat-ayat tersebut merupakan penjelasan Allah tentang
hukum dan ketentuan-NYA bagi orang-orang Yahudi dan Nasrani dalam kitab mereka.
إِنَّا أَنزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى
وَنُورٌ ۚ يَحْكُمُ
بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ
وَالْأَحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِن كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ
شُهَدَاءَ ۚ فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي
ثَمَنًا قَلِيلًا ۚ وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ
هُمُ الْكَافِرُونَ
Sesungguhnya Kami
telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara
orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan
pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab
Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut
kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar
ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut
apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (QS. Al Maidah : 44)
وَكَتَبْنَا عَلَيْهِمْ فِيهَا أَنَّ النَّفْسَ
بِالنَّفْسِ وَالْعَيْنَ بِالْعَيْنِ وَالْأَنفَ بِالْأَنفِ وَالْأُذُنَ
بِالْأُذُنِ وَالسِّنَّ بِالسِّنِّ وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ ۚ فَمَن تَصَدَّقَ بِهِ
فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَّهُ ۚ وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ
اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa,
mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan
gigi, dan luka luka (pun) ada qishaashnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak
qishaash)nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut
apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. (QS. Al Maidah : 45)
وَقَفَّيْنَا عَلَىٰ
آثَارِهِم بِعِيسَى
ابْنِ مَرْيَمَ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ ۖ وَآتَيْنَاهُ الْإِنجِيلَ فِيهِ هُدًى
وَنُورٌ وَمُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ وَهُدًى
وَمَوْعِظَةً لِّلْمُتَّقِينَ
Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya,
yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya
Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk
dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran
untuk orang-orang yang bertakwa. (QS. Al Maidah : 46)
وَلْيَحْكُمْ أَهْلُ الْإِنجِيلِ بِمَا أَنزَلَ
اللَّهُ فِيهِ ۚ وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ
هُمُ الْفَاسِقُونَ
Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah didalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al Maidah : 47)
Jikalau ingin dipaksakan bahwa hal tersebut berlaku bagi Umat Islam di zaman Nabi Muhammad SAW, maka tentu berlaku pula aksioma bahwa:
1. Tidak ada yang lebih faham tentang hakekat maksud
ayat-ayat Al Qur’an lebih dari Nabi SAW, dan
2. Tidak ada yang lebih siap untuk mengamalkannya lebih dari
Beliau, serta
3. Beliaulah manusia yang paling tepat dalam mengamalkan
ayat-ayat Allah persis seperti apa yang dimaksud.
Sekarang marilah kita
pelajari riwayat-riwayat berikut :
1). Mu’adz bin Jabal Ra. diutus Nabi SAW
agar berdakwah ke Yaman (Riwayat Bukhori, Muslim dll perowi hadits yang dikenal
dengan istilah Al Jama’ah)
Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu berkata : ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi
wasallam mengutus Muadz bin Jabal ke Yaman Beliau bersabda kepadanya :
“إنك تأتي قوما من أهل
الكتاب، فليكن أول ما تدعوهم إليه شهادة أن لا إله إلا الله – وفي رواية : إلى أن
يوحدوا الله -، فإن هم أطاعوك لذلك فأعلمهم أن الله افترض عليهم خمس صلوات في كل
يوم وليلة، فإن هم أطاعوك لذلك فأعلمهم أن الله افترض عليهم صدقة تؤخذ من أغنيائهم
فترد على فقرائهم، فإن هم أطاعوك لذلك فإياك وكرائم أموالهم، واتق دعوة المظلوم
فإنه ليس بينها وبين الله حجاب”
“Sungguh kamu akan mendatangi orang-orang ahli kitab (Yahudi dan Nasrani),
maka hendaklah pertama kali yang harus kamu sampaikan kepada mereka adalah
syahadat La Ilaha Illallah – dalam riwayat yang lain
disebutkan “supaya mereka mentauhidkan Allah”-, jika mereka mematuhi apa yang
kamu dakwahkan, maka sampaikan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan
kepada mereka sholat lima waktu dalam sehari semalam, jika mereka telah
mematuhi apa yang telah kamu sampaikan, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa
Allah telah mewajibkan kepada mereka zakat, yang diambil dari orang-orang kaya
diantara mereka dan diberikan pada orang-orang yang fakir. Dan jika mereka
telah mematuhi apa yang kamu sampaikan, maka jauhkanlah dirimu dari harta
pilihan mereka, dan takutlah kamu dari doanya orang-orang yang teraniaya,
karena sesungguhnya tidak ada tabir penghalang antara doanya dan Allah” (HR. Bukhori dan Muslim).
Ulasan :
- Shahabat Muadz bin Jabal Ra. merupakan ulamanya shahabat.
- Dikirim oleh Nabi SAW untuk berdakwah ke Yaman diakhir-akhir masa kenabian & syariat-syariat Islam sudah hampir sempurna di Madinah.
- Kemudian perintah Nabi SAW kepada shahabat Muadz Ra. untuk
1. Mendakwahkan kepada ke Esaan Allah (tauhid), لا اله الا الله محمد رسول الله
(Tiada yang berhak disembah melainkan Allah dan Nabi Muhammad SAW utusan
Allah), kemudian apabila mereka mau menerima berarti mereka menjadi muslim
yang secara otomatis terkena total syariat Islam (seharusnya demikian jika
mengikuti alur fikir para “pejuang” NII), yang berarti harus ditegakkannya
syariat Islam secara totalitas kepada mereka. Sebab jika mereka menolak syariat
Islam akan terkenaBarangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir, zalim, fasik.
2. Namun kenyataannya Nabi mengajarkan agar ajak mereka kepada sholat 5 waktu, kemudian
3. Jika mereka mau menerima, maka sampaikan kepada mereka untuk membayar zakat dengan cara ambil dari orang-orang kayanya dan diberikan kepada orang-orang miskinnya
Timbul Pertanyaan :
- Mengapa mereka oleh Nabi tidak dibebani syariat-syariat Islam langsung secara keseluruhan tetapi diajarkan kepada utusan = wakil beliau untuk menerapkannya secara tahap demi tahap?
- Kemudian bagaimana dengan pemahaman yang sesungguhnya dari: Barangsiapa tidak berhukum dengan hukum Allah maka kafir, dholim, fasik??!!
- Hal tersebut yang memerintahkan Nabi langsung, jadi sebenarnya Nabi yang lebih faham atau kita?
2). Kemudian kita simak kisah masuk Islamnya Bani Tsaqif yang berasal dari
Thoif pada tahun ke 7H (Riwayat Ibnu Ishaq, Abu Dawud, Ahmad dan Ibnu Majah).
Ibnu Ishaq menceritakan bahwa ketika Rasulullah saw kembali dari Tsaqif
maka Beliau diikuti dari belakang oleh seseorang bernama Urwah bin Mas’ud dan
dia bertemu dengan Nabi saw sebelum Beliau sampai ke Madinah dan ketika itu
juga dia masuk Islam. Kemudian dia meminta izin kepada Rasulullah saw untuk
kembali kepada kaumnya supaya dapat menyampaikan Islam. Rasulullah saw berkata
kepadanya, “Mereka akan membunuhmu”. Berdasarkan kejadian yang lalu Nabi saw telah
mengetahui bagaimana kesombongan dan kecongkakan Bani Tsaqif. Urwah berkata:
“Wahai Rasulullah, aku lebih dicintai oleh mereka daripada anak perempuan
mereka sendiri”. Dan memang benar Banu Tsaqif sangat menyayangi dan
mentaatinya.
Setelah itu Urwah kembali kepada kaumnya untuk mengajak mereka masuk Islam.
Dia berharap semoga orang-orang Banu Tsaqif tidak akan menentangnya karena
kedudukannya di tengah-tengah mereka. Ketika itu dia menaiki loteng rumah
rumahnya yang tinggi kemudian memberitahukan kepada seluruh kaumnya bahwa dia
telah masuk Islam dan dia juga mengajak mereka masuk Islam. Mendengar hal ini
orang-orang dari Bani Tsaqif menghujaninya dengan panah dari segala penjuru dan
sebuah anak panah menancap ditubuhnya sehingga menyebabkan dia mati syahid.
Ketika itu dia ditanya oleh seseorang, “Apa pendapatmu mengenai darah yang
keluar dari tubuhmu ini?” Dia menjawab, “Ini adalah suatu kemuliaan yang telah
diberikan Allah kepadaku dan kesyahidan yang diberikan Allah kepadaku. Sekarang
aku menjadi seorang syahidseperti para syuhada yang telah gugur sebelumnya bersama
Rasulullah saw. sebelum Beliau pergi dari kalian. Karena itu kuburkanlah aku
bersama mereka (para shahabat), maka merekapun menguburkan Urwah bersama para
shahabat lainnya. Para shahabat r. hum mengira peristiwa Urwah ini tepat dengan
sabda Rasulullah saw mengenai dirinya, “Perumpamaan Urwah di kalangan kaumnya
bagaikan Shahibu Yaa-siin (yaitu kisah Habib an-Najar yang dianiaya oleh
kaumnya karena menyuruh mengikuti orang-orang yang berdakwah. Kisah ini
disebutkan dalam Qs. Yaa-Siin : 20)
Beberapa bulan sejak peristiwa terbunuhnya Urwah, kaum Bani Tsaqif berfikir
bahwa mereka tidak memiliki kekuatan lagi untuk melawan orang-orang Arab di
seputar wilayah mereka, karena orang-orang Arab itu telah berbai’at kepada Nabi
SAW dan memeluk Islam. Sehingga kemudian tokoh-tokoh Bani Tsaqif bersepakat
untuk mengutus seseorang dari mereka. Maka mereka pun mengutus Abdu Yalil bin
Amr diikuti oleh dua orang dari Bani ahlaf dan ditambah tiga orang dari Bani
Malik.Ketika mereka sampai di suatu mata air dekat Madinah, mereka bertemu
dengan Mughirah bin Syu’bah yang sedang menggembalakan untu-unta para sahabat
Rasulullah SAW. Ketika dia melihat rombongan orang-orang Bani Tsaqif maka dia
dengan cepat pergi untuk menemui Rosulullah SAW dan memberitahukan kedatangan
mereka kepada beliau. Tetapi di perjalanan dia bertemu dengan Abu Bakar As
Shidiq Ra, maka dia memberitahukan kepada Abu Bakar bahwa orang-orang dari Bani
Tsaqif telah datang. Mereka ingin berbai’at kepada Rosulullah SAW untuk masuk
islam, jika mereka menerima syarat yang diajukan oleh Rosulullah SAW pada
mereka dan menulis nama-nama seluruh kaum mereka. Abu Bakar r.a berkata kepada
Mughirah ,” Aku bersumpah jangan mendahului aku untuk bertemu dengan Rosulullah
SAW, aku sendiri yang akan memberitahukannya kepada Rosulullah SAW.” Maka
Mughirah pun membiarkannya. Kemudian Abu Bakar Ra pergi untuk memberitahukan
kedatangan mereka kepada Rosulullah SAW, sedangkan Mughirah kembali menjumpai
rombongan tersebut dan membantu mereka menaikkan barang-barang ke atas punggung
unta mereka.Lalu Mughirah mengajarkan kepada mereka bagaimana cara memberi
salam kepada Rosulullah SAW, tetapi mereka tidak mau. Mereka akan memberi salam
kepada Rosulullah SAW dengan cara salam jahiliyah.
Ketika mereka sampai di hadapan Rosulullah SAW, maka mereka dibuatkan kemah
di dalam masjid. Dan sebagai penghubung antara mereka dengan Rosulullah
SAWadalah Khalid bin Sa’id bin ‘Ash. Ketika mereka dijamu untuk makan, maka
mereka tidak mau memakan makanan tersebut sebelum terlebih dahulu sebelum
Khalid memakannya terlebih dahulu. Untuk mereka juga Khalid menuliskan surat
kepada Rosulullah SAW yang isinya mengajukan syarat kepada Rosulullah SAW bahwa
beliau harus membiarkan patung Thaghiah selama tiga tahun. Kemudian dikurangi
satu tahun, lalu dikurangi lagi satu tahun. Tetapi Rosulullah SAW tetap menolak
syarat mereka. Sehingga akhirnya mereka meminta kepada beliau tenggang waktu
satu bulan saja, terhitung sejak mereka datang ke Madinah. Selama itu mereka
minta diijinkan untuk menyimpan patung tersebut. Maksud mereka meminta tenggang
waktu itu adalah supaya orang-orang dari kaumnya bisa beradaptasi. Tetapi
Rosulullah SAW tetap menolak setiap bentuk tenggang waktu yang mereka ajukan,
melainkan Rosulullah SAW mengirim Abu Sufyan bin Harb dan Mughirah bin Syu’bah
untuk menyertai mereka. Sesampainya di sana mereka berdua supaya menghancurkan
patung-patung sesembahan itu. Para utusan Bani Tsaqif itu pun meminta supaya
mereka diperbolehkan tidak mengerjakan shalat dan tidak akan menghancurkan
patung dengan tangan mereka sendiri. Rosulullah SAW berkata,” Kalau kalian
tidak mau menghancurkanpatung-patung dengan tangan kalian sendiri , hal itu aku
maklumi dan aku setujui, tetapi untuk tidak mengerjakan shalat , hal ini
tidaklah mungkin karena tidak ada kebaikan dalam agama (Islam) bagi orang yang
tidak mengerjakan shalat.” Maka mereka menjawab ,” Baiklah kami akan
mengerjakan shalat walaupun hal itu menghinakan. (Mereka menganggap bersujud di
atas tanah adalah suatu kehinaan.)”
Diriwayatkan oleh Ahmad dari Utsman bin Abil Ash r.a , dia menceritakan
bahwa orang-orang utusan Bani Tsaqif telah datang menghadap Rosulullah SAW,
lalu beliau menempatkan mereka di dalam masjid supaya suasana masjid
mempengaruhi hati mereka sehingga menjadi lunak.Mereka mau masuk islam dengan
mengajukan syarat bahwa mereka tidak mau dikumpulkan untuk berjihad, tidak
menyerahkan sepuluh persen hasil pertanian mereka, tidak mengerjakan shalat,
dan pemimpin untuk mereka tidak diangkat dari kabilah-kabilah lain. Rosulullah
SAW berkata kepada mereka, “Kalian tidak akan dikirim untuk jihad, sepuluh
persen hasil pertanian kalian tidak akan diambil, dan pemimpin untuk kalian
tidak akan dipilih dari kabilah lain. Tetapi kalian tetap harus mengerjakan
shalat , karena tidak ada kebaikan dalam agama (Islam) bagi orang yang tidak
mengerjakan ruku (shalat).” Utsman bin Abil Ash berkata,”Wahai Rosulullah SAW!
Ajarkanlah kepadaku Al Quran dan jadikanlah aku sebagai imam bagi kaumku!” (HR.
Imam Ahmad dan Abu Daud)
Abu Daud juga meriwayatkan dari Wahab, dia berkata,”Aku pernah bertanya
kepada Jabir r.a tentang kisah masuk islamnya Bani Tsaqif. Lalu Jabir r.a
menceritakan bahwa : Bani Tsaqif mengajukan syarat kepada Rosulullah SAW, bahwa
mereka (mau masuk Islam) asalkan mereka tidak menyerahkan zakat dan tidak oergi
berjihad. Maka Rosulullah SAW berkata kepada Jabir,”Apabila mereka telah masuk
Islam , niscaya dengan kesadaran sendiri mereka akan membayar zakat dan akan
pergi untuk berjihad.” (Disebutkan dalam kitab Al-Bidayah jilid V halaman 29
secara ringkas)
Diriwayatkan pula oleh Ahmad, Abu Daud , dan Ibnu Majah dari Aus bin
Hudzaifah r.a, dia menceritakan ,” Kami ikut dalam rombongan Bani Tsaqif untuk
menjumpai Rosulullah SAW, lalu orang-orang dari Bani Ahlaf tinggal bersam
Mughirah bin Syu’bah r.a, sedangkan Bani Malik tinggal di kemah Rosulullah SAW.
Setiap hari selepas shalat Isya, beliau datang menjumpai kami dan kami
berbincang-bincang sambil berdiri, begitu lamanya kami berdiri sehingga
terkadang beliau bersandar pada salah satu di antara kedua kaki beliau karena
kelelahan. Rosulullah SAW menceritakan pada mereka bahwa telah banyak kesusahan
yang diderita oleh beliau akibat perlakuan kaum Quraisy, dan ketika itu beliau
selalu berkata,” Aku tidak sedih karena memang pada waktu keadaan kami di
Makkah masih lemah dan masih sedikit. Ketika kami berhijrah ke Madinah, maka
kami mulai memerangi mereka.Kadang-kadang Allah SWT memberikan kemenangan
kepada mereka dan kadang-kadang Allah SWT memberikan kemenangan kepada kami .”
Pada malam yang telah ditentukan Rosulullah SAW terlambat untuk datang
menjumpai kami , maka kami berkata, “Malam ini Nabi SAW datang terlambat.”
Kemudian Rosulullah SAW berkata, “ Ada sedikit bacaan Al Quran yang belum
dibaca, untuk itu sebelum kesini aku menyempurnakannya dulu, karena aku tidak
akan merasa tenangf datang kesini tanpa menyempurnakan bacaanku dulu.”
(Demikian disebutkan dalam kitab Al-Bidayah jilid V halaman 32. Ibnu Sa’ad juga
meriwayatkan dalam kitabnya jilid V halaman 510 dari Aus r.a)
Ulasan :
- Ketika mereka masuk Islam sebenarnya kedudukan —Islam sudah kuat dan syariat-syariat sudah hampir sempurna
- Mereka mau masuk Islam dengan meminta 4 syarat, yaitu
1. Tetap menyembah patung selama 3 tahun. Namun ditolak oleh Nabi SAW,
akhirnya mereka mengatakan: “Ya sudahlah tetapi carikan orang untuk
merobohkan patung-patung kami”.
2. Tidak mau mendirikan sholat, hal ini juga ditolak oleh Nabi dengan sabdanya
”bagaimana orang Islam tidak mau sholat?.
3. Tidak mau membayar zakat dan tidak mau berjihad. Kedua permintaan ini
diizinkan oleh Nabi SAW dan Beliau bersabda: “Apabila mereka iman &
sholat dengan benar maka mereka akan dapat menyempurnakan agamanya”
(artinya mereka akan membayar zakat & berjihad)
Pertanyaan :
- Mengapa Nabi SAW tidak langsung membebankan kepada mereka tentang hukum-hukum Allah SWT atau tidak langsung memberikan syariat-syariat Islam secara totalitas, padahal saat itu di akhir-akhir masa kenabian yang seharusnya (kalau menurut alur berfikir sementara saudara-saudara dari NII) berlaku “Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir, zalim, fasik??!!”
- —Apakah Nabi tidak takut kalau nanti terkena sangsi dari Allah SWT yang dapat dianggap kafir, zalim atau fasik karena dianggap tidak berhukum dengan hukum Allah sebagaimana yang dipahami oleh saudara-saudara NII, dalam pemahaman mereka tentang Qs. Al-Maaidah ayat 44, 45 dan 47??
- —Apakah Nabi yang lebih faham atau kita ??
APAKAH UNTUK MELAKSANAKAN SYARIAT AGAMA, MUTLAK HARUS
DENGAN CARA MEREBUT KEKUASAAN/NEGARA ?
Untuk itu marilah kita tarik ke belakang, di awal masa kenabian, dimana
Nabi SAW ditawari 3 hal oleh penentang-penentangnya, tokoh & masyarakat
Mekkah di awal masa kenabian (Bukhori, Thabrani, Baihaqi, Ibnu Abi Syaibah, Al
Hakim, Abu Nu’aim dll). Selengkapnya diperlihatkan pada riwayat berikut ini :
A). Diriwayatkan
oleh Thabarani dan Bukhari dalam kitab at-Tarikh dari Aqil bin
Abu Thalib, katanya : Para pemuka Quraisy menemui Abu Thalib. Kemudian
diriwayatkan hadits sebagaimana yang disebutkan dalam bab “Menanggung
Penderitaan” yang disebutkan didalamnya bahwa Abu Thalib berkata kepada
Rasulullah saw., “Demi Allah, wahai keponakanku, aku tahu bahwa engkau orang
yang sangat kupatuhi. Kaummu telah menemuiku dan menuduh bahwa engkau telah
mendatangi mereka di Ka’bah di hadapan khalayak ramai dan engkau telah
mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati mereka. Jika engkau berpendapat
bahwa lebih baik engkau membiarkan mereka dengan keadaan mereka, maka
lakukanlah”.
Kemudian Rasulullah saw. menengadahkan kepalanya ke langit dan bersabda,
“Demi Allah, aku tidak berusaha untuk meninggalkan apa yang telah diamanahkan,
walaupun salah seorang dari kalian membakarku dengan api dari cahaya matahari
ini.”
Di dalam riwayat oleh Baihaqi dikatakan bahwa Abu Thalib berkata kepada
Nabi saw., “Wahai keponakanku, sesungguhnya kaummu telah datang menemuiku dan
mereka berkata ini dan itu, maka kasihanilah dirimu dan diriku dan jangan
membebaniku dengan urusan yang tidak mampu dipikul olehku dan olehmu. Maka
jauhilah mereka dari perkataan yang dapat menyakiti mereka.”
Kata-kata itu telah membuat Rasulullah saw. mengira bahwa pamannya akan
meninggalkannya, tidak memberi perlindungan lagi dalam menjalankan usaha
dakwah, rela menyerahkannya, dan tidak mampu lagi untuk berdiri di pihaknya.
Rasulullah saw. bersabda, “Wahai paman, seandainya matahari diletakkan di
tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, sekali-kali aku tidak akan
meninggalkan usaha dakwah ini hingga Allah memenangkannya atau aku binasa dalam
perjuangan itu.”
Kemudian berlinanganlah air mata Rasulullah saw. karena menangis. Setelah
itu perawi meriwayatkan hadits sebagaimana yang akan disebutkan nanti.
Dikeluarkan oleh Abd bin Huamid di dalam kitab musnadnya, dari Ibnu
Abi Syaibah dengan sanadnya, dari Jabir bin Abdullah ra. katanya : Pada suatu
hari kaum Quraisy berkumpul dan mereka berkata, “Carilah seorang di antara
kalian yang paling tahu tentang sihir, nujum dan syair, kemudian temuilah lelaki
ini (Rasulullah saw.) yang telah memecah belah persatuan kita, mencerai
beraikan urusan kita, dan mencaci maki agama kita. Lalu biarkan dia mengajak
Muhammad bicara dan memperhatikan apa jawaban Muhammad kepadanya. ”Mereka
berkata, “Kami tidak mengetahui seorang pun yang lebih pandai dalam urusan ini
selain Utbah bin Rabiah.”Mereka berkata lagi, “Pergilah, hai Abu al Walid
(Utbah).”Utbah pun pergi menemui Rasulullah saw. dan berkata, “Wahai Muhammad,
apakah engkau lebih baik dari Abdullah?” Rasulullah saw. hanya terdiam
mendengar pertanyaan itu. Utbah bertanya lagi, “Apakah engkau lebih baik dari
Abdul Muththalib?” Tak sepatah kata pun keluar dari mulut Rasulullah saw. Utbah
berkata : ”Jika engkau mengakui bahwa mereka lebih baik daripadamu, ketahuilah
bahwa mereka telah menyembah tuhan-tuhan (berhala) yang telah engkau caci maki
itu. Dan jika engkau mengaku lebih baik daripada mereka, maka berbicaralah
sehingga kami mendengar perkataanmu. Demi Allah, sesungguhnya tidaklah kami
melihat seorang anak yang disayangi oleh kedua orang tuanya dan kaumnya, yang
lebih mendatangkan kesialan kepada kaumnya daripada kamu. Sesungguhnya engkau
telah memecah belah persatuan dan mencerai beraikan urusan kami, mencaci maki
agama kami dan mempermalukan kami di kalangan bangsa Arab sehingga tersebar
kabar kepada mereka bahwa ada seorang tukang sihir dan ahli nujum di antara
kaum Quraisy. Demi Allah, kami tidak menantikan kecuali suara yang sangat keras
di saat musibah, di mana sebagian kami berdiri di hadapan sebagian lainnya dengan
membawa pedang sampai kami saling membinasakan. Hai Muhammad, jika kau
mempunyai keinginan, kami akan mengumpulkan untukmu segala kekayaan sehingga
kamu akan menjadi orang yang terkaya di antara kaum Quraisy. Jika kamu
ingin menikah, pilihlah sepuluh wanita yang paling kamu sukai dan kami akan
menikahkanmu. ”Rasulullah saw. bersabda, “Sudah selesaikah pembicaraanmu?”
“Ya,” jawab Utbah.Rasulullah saw. bersabda lagi, “Dengan nama Allah Yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang …” setelah mengucapkan basmalah, Rasulullah saw.
membaca ayat di bawah ini :“Haa Miim. Diturunkan dari Tuhan yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan
dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, Yang membawa berita gembira dan
yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (daripadanya), maka
mereka tidak (mau) mendengarkan. Mereka berkata: “Hati kami berada dalam
tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami
ada sumbatan, dan antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu;
sesungguhnya kami bekerja (pula).” Katakanlah: “Bahwasanya aku hanyalah seorang
manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan
yang Maha Esa. Maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan
mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang
mempersekutukan(-Nya), (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan
mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat. Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang shalih, mereka mendapat pahala yang tiada
putus-putusnya”. Katakanlah: “Sesungguhnya pantaskah kamu kafir kepada Yang
menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang
bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam”. Dan Dia menciptakan di bumi itu
gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan
padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu
sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada
penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata
kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan
suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”.
Kemudian Dia menjadikannya dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap
langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang
cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan
Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Jika mereka berpaling, katakanlah: “Aku
telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Aad
dan Tsamud”. (QS. Fushshilat : 1-13)
Utbah pun berkata : “Hentikan! Apakah kau tidak mempunyai syair selain itu?” “Tidak,” Rasulullah saw. menyahut. Utbah bergegas kembali kepada kaum Quraisy. Mereka bertanya : “Apa yang telah terjadi?” Utbah menjawab : “Apa yang kalian perintahkan untuk disampaikan telah kusampaikan semuanya tanpa ada satu pun yang ketinggalan. ”Mereka bertanya : “Apakah dia menjawab semua pertanyaanmu?” “Ya,” jawab Utbah. Dia melanjutkan : “Tidak, demi Dzat Yang telah menegakkan Ka’bah, aku tidak memahami perkataannya sedikitpun kecuali dia mengancam kalian dengan petir sebagaimana yang telah ditimpakan kepada kaum ‘Aad dan Tsamud. ”Mereka berkata : “Celakalah kamu! Lelaki itu telah berbicara padamu dengan menggunakan bahasa Arab tetapi mengapa kau tidak paham apa yang dikatakannya?”“Tidak!” jawab Utbah lagi, “Demi Allah, aku tidak memahami kata-katanya kecuali ancaman petir itu.”
Diriwayatkan oleh Baihaqi dan yang lainnya dari al Hakim dan ia menambahnya
dengan perkataan : “Jika engkau menginginkan kekuasaan, maka kami akan
mengikatkan panji-panji kami untukmu dan engkau menjadi ketua kami seumur
hidup.”
Dalam riwayat Baihaqi disebutkan bahwa ketika Rasulullah saw. membaca :
“Jika mereka berpaling, maka katakanlah, ‘Aku telah memperingatkan kamu dengan
petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Aad dan kaum Tsamud.’”
Maka Utbah memegang mulut beliau dan meminta beliau dengan hak kekerabatan
agar beliau berhenti. Utbah tidak keluar menemui keluarganya bahkan menjauhkan
diri dari mereka. Maka Abu Jahal berkata : “Demi Allah, wahai kaum Quraisy!
Kami tidak berpendapat mengenai diri Utbah selain ia telah cenderung mengikuti
Muhammad, dan makanan Muhammad telah membuatnya senang dan ridha. Hal itu tidak
terjadi melainkan karena kemiskinan yang menimpanya. Marilah ikut kami untuk
menemuinya.”
Mereka pun mendatangi Utbah lalu Abu Jahal berkata : “Demi Allah, wahai
Utbah, kami tidak datang kecuali karena engkau mulai simpati kepada Muhammad
dan urusannya telah membuatmu senang dan ridha. Jika engkau mempunyai suatu
kebutuhan, maka kami akan mengumpulkan harta kami untukmu yang lebih mencukupi
daripada makanan Muhammad itu.” Maka Utbah sangat marah dan bersumpah dengan nama Allah untuk tidak
berbicara dengan Muhammad selamanya.
Utbah berkata : “Sesungguhnya kalian mengetahui bahwa aku adalah salah satu
orang yang terkaya di kalangan kaum Quraisy, tetapi aku datang menemuinya” –
Utbah menceritakan kepada mereka semua yang telah terjadi – “Dia telah menjawab
pertanyaanku dengan sesuatu yang bukanlah sihir atau syair, dan bukan juga
mantera. Dia membaca Bismillaahir Rahmaanir Rahiim … (QS.
Fushshilat ayat 1-13). Maka aku tutup mulutnya dan memintanya dengan hak
kekerabatan agar ia berhenti. Dan sesungguhnya kamu sekalian mengetahui bahwa
jika Muhammad berkata-kata, ia tidak pernah berdusta; maka aku takut seandainya
adzab turun kepada kalian.”
Demikian tersebut dalam kitab Al Bidaayah (3/26). Abu
Ya’la meriwayatkan hadits ini dari Jabir ra. seperti hadits Abd bin Humaid. Abu
Nu’aim menyebutkannya dalam kitab ad Dalail (hal. 75) semisal
itu, dan al Haitsami berkata (juz 6, hal. 20) : Dalam sanadnya terdapat al
Ajlah al Kindi. Dia dikuatkan oleh Ibnu Ma’in dan lainnya, tetapi an Nasa’i dan
lainnya mendhaifkannya. Sedang rawi-rawi lainnya kuat (dapat dipercaya).
Ibnu Umar ra berkata bahwa orang-orang Quraisy telah berkumpul utuk
membicarakan perihal Rasulullah saw, sedangkan ketika itu Rasulullah saw sedang
berada di masjid. Maka Utbah bin Rabi’ah berkata kepada orang-orang Quraisy,
“Izinkanlah aku untuk menemui Muhammad supaya aku bisa berbicara denganya,
karena aku lebih ramah berbicara daripada kalian.” Lalu Utbah bangkit dari
tempat duduknya dan segera menemui nabi saw sambil berkata, “Wahai keponakanku,
aku lihat engkau ini adalah seorang yang paling dekat dengan kami dan yang
paling mulia dihadapan kami, namun engkau telah membawa suatu musibah kepada
kaummu yang belum pernah dibawa sebelumnya oleh seorangpun kepada kaumnya. Apabila
memang dengan sesuatu yang engkau bawa itu engkau mengharapkan harta kekayaan,
maka kami akan mengumpulkan harta kekayaan, maka kami akan mengumpulkan harta
kekayaan untukmu sehingga engkau akan menjadi orang terkaya diantara bangsa
Quraisy; apabila dengan sesuatu yang engkau bawa itu engkau berharap untuk
menjadi seseorang yang terpandang (tokoh) diantara kami, maka kami akan
menjadikanmu sebagai orang yang palng terpandang diantara kummu, dan kami tidak
akan memutuskan perkara tanpa engkau; seandainya engkau terkena pengaruh jin
yang tidak dapat disembuhkan olehmu sendiri, maka kami kan mengumpulkan biaya
untuk mengobatimu dari gangguan itu; dan apabila engkau ingin menjadi seorang
raja, maka kami akan menjadikanmu sebagai raja.” Rasulullah saw
menjawab, “Wahai Abu Walid apakah telah selesai pembicaraanmu?” “Ya”, jawabnya.
Maka Rasulullah saw langsung membacakan surat Haa miim sjdah (Fushllat) sampai
pada ayat sajdah (ayat ke 38), dan Nabi saw pun segera bersujud. Utbah hanya
duduk dengan dengan bersandar pada kedua tangannya sambil menyaksikan Beliau
menyelesaikan sujud tilawahnya. Lalu Utbahpun berdiri dan kembali pada kaumnya.
Ketika orang-orang Quraisy melhat kedatangan Utbah, merekapun satu sama lain
saling berkata, “Kenapa wajah orang ini berubah sedemikian rupa tidak seperti
sebelum dia pergi?” Setelah duduk, Utbah pun berkata, “Wahai orang-orang
Quraish, sesungguhnya aku telah mengatakan sema apa yang telah kita sepakati
kepada Muhammad. Namun setelah aku selesai mengatakan semuanya, dia menjawab
dengan memperdengarkan sesuatu yang selama ini belum pernah aku dengar, akupun
tidak tahu apa yang aku dengar itu. Wahai orang-orang Quraisy, percayalah
kalian kepadaku ari ini saja, besok kalian boleh tidak percaya, tinggalkanlah
dan biarkanlah dia! Karena Demi Allah dia tidak akan meninggalkan agamanya itu.
Biarkan dia sendiri berhadapan dengan suku-suku Arab lainnya dan melawan
mereka, karena apabila nanti dia bisa berhasil, maka kemuliannya itu juga
menjadi kemuliaan kita; tetapi apabila mereka dapat mengalahkannya, maka kalian
tidak perlu bersusah payah, karena dia telah terkalahkan oleh orang lain.
Setelah mendengar ucapannya itu, maka orang-orang Quraisy berkata, “Wahai Abu
Walid, sepertinya kamu juga telah terpengaruh oleh sihirnya.” (HR. Abu Nu’aim
dalam Dalaailun Nubuwwah hal. 76)
Kisah seperti ini juga telah disebutkan dengan lengkap oleh Ibnu Ishaq
seperti yang telah ditulis dalam kitab al-Bidayah jilid III halaman 63. Baihaqi
telah meriwayatkannya dari Ibnu Umar r. Huma dengan singkat, dan Ibnu Katsir
menebutkannya dalam kitab al-Bidayah jilid III halaman 4.
Ulasan :
Berdasarkan riwayat di atas dapat dilihat bahwa Nabi SAW diberikan 3
tawaran yaitu :
1. Kekuasaan / diangkat menjadi raja
2. 10 Istri cantik dan bangsawan dari suku-suku berpengaruh
3. Harta kekayaan
Namun dengan syarat Nabi menghentikan dakwahnya. Tetapi oleh Nabi tawaran
mereka ditolak semuanya dengan mengatakan : “Andaikata matahari diletakkan
ditangan kananku dan bulan ditangan kiriku aku tidak akan berhenti berdakwah
sampai Allah memenangkan agama-Nya atau aku hancur”.
Kemudian yang menjadi pertanyaan di dalam benak kita adalah kalau Islam
ditegakkan dengan kekuasaan mengapa Nabi tidak menerima tawaran kekuasaan
tersebut padahal tidak perlu mencari dengan susah payah. Apakah Nabi lupa ??
Dengan demikian pemahaman siapa yang
harus di koreksi? Kita yang lebih faham atau Nabi SAW ?
B) Jika ingin ditarik lebih jauh lagi, tampak jelas pada kisah Nabi Musa As
dalam sekian banyak ayat-ayat Al Qur’an.
Beliau sejak lahirnya telah “diprogram” oleh Allah untuk sampai ke
tangan Fir’aun dan akhirnya dijadikan anak angkat Fir’aun yang berarti sebagai
calon pewaris. Namun mengapa Allah yang “menciptakan skenario drama”
tersebut, tidak menutup dengan dimatikannya Fir’aun yang dengan itu Musa akan
terangkat sebagai raja. Setelah itu dengan mudah akan “mendekritkan”
undang-undang/hukum-hukum Allah di bumi Mesir. Tentunya setelah terlebih dahulu
mengganti “kabinet” Fir’aun dengan para pengikutnya. Tetapi yang terjadi
justru Musa menjadi “buron teroris” dimata Fir’aun. Kemudian diamankan
oleh Nabi Syuaib As dan bekerja kepada Beliau selama 10 th serta diambil
sebagai menantu. Setelah itu “anehnya”, SK (Surat Keputusan) kenabiannya
turun dan “tugas dinasnya” justru kembali kpd Fir’aun dan diperintah
untuk berdakwah kepada mereka semua. Hingga pada akhirnya Fir’aun dan seluruh
kekuatannya ditenggelamkan oleh Allah SWT.
KARENA PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT MEREKA MERUPAKAN
PEMERINTAHAN THOGHUT, MAKA MEREKA MENGHARUSKAN PENGIKUTNYA UNTUK HIJRAH
Sebagai dasar penguat, mereka menggunakan dasar Qs. An Nisa ayat 97-100
إِنَّ الَّذِينَ
تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنتُمْ ۖ
قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الْأَرْضِ ۚ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ
اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا ۚ فَأُولَٰئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۖ
وَسَاءَتْ مَصِيرًا
Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya
diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: “Dalam keadaan bagaimana kamu
ini?”. Mereka menjawab: “Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri
(Mekah)”. Para malaikat berkata: “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu
dapat berhijrah di bumi itu?”. Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan
Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali, (Qs. An Nisa 97)
إِلَّا
الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ لَا
يَسْتَطِيعُونَ حِيلَةً وَلَا يَهْتَدُونَ سَبِيلًا
kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak
yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah),(Qs. An Nisa 98)
فَأُولَٰئِكَ عَسَى
اللَّهُ أَن يَعْفُوَ عَنْهُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَفُوًّا غَفُورًا
mereka itu,
mudah-mudahan Allah memaafkannya. Dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha
Pengampun. (Qs. An Nisa 99)
وَمَن يُهَاجِرْ فِي
سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً ۚ وَمَن
يَخْرُجْ مِن بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ
الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۗ وَكَانَ اللَّهُ
غَفُورًا رَّحِيمًا
Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi
ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari
rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian
menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap
pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. An Nisa 100)
Diantara alur fikir yang cukup aneh dari para aktivis NII adalah karena
pemerintahan RI dianggap sebagai pemerintahan “thoghut”, maka mereka
mengharuskan para pengikut yang berhasil direkrut dan dicuci otak untuk
mengalami proses hijrah. Sehingga banyak mahasiswa-mahasiswi dan pemuda-pemudi
yang tahu-tahu “hilang” dan menimbulkan kepanikan baik orang tua maupun
para dosen dan masyarakat. Bahkan ada sementara kalangan masyarakat yang
menganggap mereka “diculik” oleh Densus 88.
Setelah terbongkar jaringan NII maupun dari pengakuan para korban yg
insyaf, ternyata mereka memang sengaja menghilangkan diri karena “berhijrah”.
Mereka meyakini itu harus dijalani untuk meniru Nabi dan para Shahabat yang
tertindas di Mekah hijrah ke Madinah. Aneh dan konyolnya, hijrah mereka ini
sekedar dari Jogja (misalnya) ke Semarang, atau dari Bandung ke Jakarta, yang
secara kenyataan tetap masih dalam wilayah kedaulatan RI, bahkan kadang masih
satu provinsi yg mereka cap dengan “pemerintahan thoghut”.
Mereka telah benar-benar hilang daya kritis sebagai intelektual, sehingga “hijrah”
ala NII itu yang ibarat dagelan konyol yang tidak lucu sama sekali ini,
disamakan dengan hijrah Nabi dan para Shahabat dari Mekah ke Madinah, bahkan
memberi stempel dengan ayat-ayat suci Al Qur’an di atas (Qs. An Nisa 97-100)
sebagai legitimasi & penguat sihirnya.
Lebih dari itu, ketika di Mekkah, Nabi & kaum Muslimin ditindas dan
terhalang untuk berdakwah secara bebas, sehingga hijrah ke Madinah yang bebas
dari penindasan bahkan Nabi menguasai Madinah dg 29 pasal Piagam Madinah.
Sedang saudara NII siapa yang menindas ? Dan apa hasil “hijrah” nya itu
? Toh masih sembunyi-sembunyi ketakutan ?! Seperti orang paranoid saja.
Jadi untuk ini tidak perlu penjelasan dan pembahasan panjang lebar, karena
sebenarnya sangat naif dan sederhana, sehingga sangat jelas kekeliruannya.
APAKAH BENAR BAHWA SYARIAT ISLAM HANYA BISA TERWUJUD
APABILA MEMPUNYAI KEKUASAAN YANG DIPEROLEH DENGAN CARA MEREBUT/ BERPERANG DAN
SEBAGAINYA, LALU DENGAN ITU DITEGAKKAN “NEGARA ISLAM” ?
وَعَدَ اللَّهُ
الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ
فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ
دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ
أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ
ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُون
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu
dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang
telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam
ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan
Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah
orang-orang yang fasik. (Qs. An Nuur : 55)
Ulasan :
- Siapakah yang dijanjikan untuk dijadikan Kholifah = Penguasa = Orang-orang yang beriman dan beramal sholeh
- Siapakah yang berjanji ? Allah SWT
- Bagaimana kalau Allah berjanji ? Pasti ditepati.
- Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji (Qs. Ali Imron : 194)
- Dan siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Allah? (Qs. An Nisa : 122)
- Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah? (Qs. An Nisa : 87)
- Dan lain-lain
Kesalahan berfikir/pemahaman saudara-saudara
NII lupa/rancu bahwa yang mau’ud(yg dijanjikan) itu berkaitan
langsung dengan yang mathlub (yang dituntut/dikehendaki). Jelasnya, ada korelasi yang tegas antara
janji dan syarat yang dituntut bagi terpenuhinya janji tersebut.
Sekarang kita lihat apa yang dijanjikan Allah ? yaitu 3 hal dengan minimal
dilandasi 8 kepastian
1. Sungguh pasti akan Allah mejadikan mereka (orang-orang beriman &
beramal sholeh) kholifah = Penguasa = لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ
2.
Sungguh pasti Allah akan meneguhkan bagi mereka agama yang diridhoi –Nya = وَلَيُمَكِّنَنَّ
لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ
3. Sungguh pasti Allah akan merubah bg mrk dr takut mjd aman = وَلَيُبَدِّلَنَّهُم
مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا
Dari mana 8 kepastian tersebut
1. Pada tiap-tiap janji terdapat huruf ل dan ن taukid sebagai
penguatnya sehingga ada 6 kepastian
2. Merupakan ayat Al Qur’an yang tidak ada keraguan sedikitpun terhadapnya ( ذَٰلِكَ
الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ = Kitab
(Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa )
3. Yang berjanji adalah Allah SWT
Para ahli bahasa bisa mengupas lebih banyak dan lebih detail lagi.
Kemudian apa yang dikehendaki/dituntut/
disyaratkan oleh Allah ? kepada siapa janji itu diperuntukkan ? Orang-orang
yang beriman dan beramal sholeh
Secara logika sederhana dapat diibaratkan : Seorang ayah berkata kepada
anaknya: “Kalau kamu lulus ujian sekolah, ayah akan beri hadiah mobil terbaru”.
Begitu mendengar janji ayah, si anak setiap hari sibuk melihat-lihat model
mobil terbaru dari showroom ke showroom yang lain dan mencari info dari
berbagai sumber dan menghabiskan waktu untuk itu, sehingga sampai lupa belajar
untuk mempersiapkan diri menghadapi tes kelulusan ujian yang itu menjadi syarat
utama janji tersebut. Singkat cerita karena tidak siap akibatnya si anak tidak
lulus ujian sehingga bukan mobil yang diperoleh, tetapi murka dari ayahnya =
Begitulah keadaan kita umat Islam hari ini, walau banyak yang tidak merasa dan
tidak menyadari.
Maka sebenarnya tugas terpenting umat Islam adalah mengusahakan syarat yang
Allah tuntut, jika syarat ini dipenuhi pasti dan pasti Allah wujudkan
janji-Nya. Mungkin ada yang berfikir “Bukankah di Indonesia ini orang beriman &
beramal sholeh sudah banyak, tetapi mana wujud janji-Nya ?”
Mereka lupa apa yang dikehendaki/yang
dituntut Allah bukan sembarang iman & amal tetapi iman dan amal sholeh yang
mathlub (yang standar menurut Allah)
Contoh sederhana : Ada orang belanja ke Matahari mall dengan mengambil
“baju jas” seharga Rp. 500.000,- . Setelah itu dia datang ke kasir untuk
membayar baju tersebut. Sampai di kasir dia bayar hanya dengan uang Rp.
10.000,- bagaimana tanggapan si Kasir ? Walaupun dia berdalih bahwa Rp.
10.000,- juga sama-sama uang yang berlaku si Kasir tidak bisa menerima karena
nominal yang dibayarkan jauh dari harga baju jas tsb.
Maka begitu juga iman & amal kita menurut pandangan Allah. Untuk itu
seharusnya yang diusahakan untuk diwujudkan adalah standar iman dan amal sholeh
menurut apa yang dikehendaki oleh Allah. Jadi tegasnya yang mutlak harus diusahakan
adalah peningkatan mutu keimanan dan amal sholeh sampai standar yang Allah
kehendaki, maka pasti dan pasti Allah akan tunaikan janji Nya.
MEREKA BERPENDAPAT BAHWA UNTUK MENDAPATKAN KEMENANGAN,
HARUS MENGERAHKAN SEGALA POTENSI DAN PERSIAPAN UNTUK BERPERANG, APAKAH MEMANG
DEMIKIAN ?
Sebagai dasar yang mereka gunakan adalah
وَأَعِدُّوا لَهُم مَّا
اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ
اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِن دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ
اللَّهُ يَعْلَمُهُمْۚ وَمَا تُنفِقُوا مِن شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لَا تُظْلَمُونَ
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi
dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu
menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu
tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada
jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan
dianiaya (dirugikan).(Qs. Al Anfal : 60)
Analisa dan Pelurusan :
· Benarkah Qs. Al Anfal ayat 60 itu perintah untuk mobilisasi kekuatan untuk
berperang kepada orang kafir?
Pengerahan kekuatan itu bukan untuk memenangkan peperangan, karena muslimin
bisa menang hanya dan hanya dengan adanya nushrotullah (pertolongan Allah)
إِن يَنصُرْكُمُ
اللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ ۖ وَإِن يَخْذُلْكُمْ فَمَن ذَا الَّذِي يَنصُرُكُم
مِّن بَعْدِهِ ۗ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan
kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah
gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu
hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal. (Qs. Ali Imron : 160)
Jadi berdasarkan Qs. Al anfal ayat 60 di atas tujuan pengerahan kekuatan
itu dalam rangka untuk menggetarkan musuh sehingga musuh
menjadi takut. Mereka takut melihat kekuatan lahiriah muslimin karena memang
mereka hanya memahami kekuatan lahiriah saja.
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا
مِّنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia (Qs. Ar Ruum : 7). Qs. Al Anfal ayat 60 tesebut berlaku apabila muslimin sudah kuat atau mampu
sehingga bisa menampakkan kekuatan dhohirnya.
Akibat ketakutan mereka menghadapi muslimin maka mereka akan berfikir 1000x
untuk berperang, dengan kata lain mereka masih tetap berkesempatan hidup. Oleh
karena mereka masih tetap hidup maka masih ada kesempatan untuk didakwahi dan
inilah yang menjadi fikir dan misi Nabi SAW (Qs. At Taubah : 128). Dengan
didakwahi kemungkinan mereka mendapat hidayah dan masuk Islam yang dengan itu
akan selamat dan dimasukkan ke dalam surga Nya (Qs. Al Maidah : 16).
Namun apabila perang yang ditonjolkan dan mengakibatkan orang-orang non
muslim ini mati, akibatnya akan mempercepat mereka masuk neraka dan memutus
kesempatan untuk selamat masuk surga dengan menerima hidayah/masuk Islam.
Sedangkan keyakinan bahwa kemenangan akan dicapai dengan bersandar pada
kekuatan dan sarana-sarana lahiriah/ kebendaan, tidak pernah ada dalam sejarah
kenabian. —Bahkan apabila keyakinan yang salah itu ada, akan berakibat fatal.
Marilah kita lihat kasus dalam perang Hunain, dimana waktu itu jumlah muslimin
± 3 x lipat dari lawan (12.000 >< 4000). Peristiwa ini sebagai pelajaran
dari Allah untuk umat Islam sampai hari kiamat, tentang apa yang
menjadi syarat kemenangan dan apa yang menyebabkan kekalahan. Hal ini
sebagai bukti kongkrit yang dialami Nabi Muhammad SAW dan para shahabat, dengan
adanya sebagian kecil muslimin yang baru masuk Islam dan masih lemah serta
salah keyakinannya, bahwa kemenangan pasti tercapai dengan melihat jumlah
mereka yang 3x lipat dari musuh-musuhnya, maka berlaku “karena nila setitik, rusak susu sebelanga“.
Renungkanlah ayat ini
لَقَدْ نَصَرَكُمُ
اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ ۙ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ ۙ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ
كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا
رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُم مُّدْبِرِينَ
Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan
peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena
banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun,
dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari
kebelakang dengan bercerai-berai. (Qs. At Taubah : 25)
III. TINJAUAN SEJARAH
1. Sejarah Lama
a). Kerja Para Shahabat R. hum
Ketika tahun 10 H dimana Nabi SAW dan 124.000 shahabat bersama-sama
melaksanakan Haji Wada’. Saat itu Nabi SAW berkhutbah dari pagi hingga sore
hari, dimana pada penutupan khutbahnya Beliau bersabda “Ya Allah saksikanlah
! Maka hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir“. Dengan
sabda Beliau tersebut maka shahabat bergerak Dakwah ke seluruh alam sehingga
yang tersisa dikubur di Mekkah & Madinah ±10.000 – 14.000 orang sedangkan
±110.000 orang tersebar di seluruh dunia.
Inilah semangat kerja dakwah shahabat hasilnya merubah bukan saja agama,
tetapi: adat, budaya, bahasa bahkan bangsapun berubah. Contoh : Mesir, Tunisia,
Sudan, Maroko, Al Jazair, Libia, Irak, Syiria, dll semula mereka bukan Arab,
tetapi kemudian berubah keseluruhannya sehingga kita kenal sekarang sebagai
orang Arab/berbahasa Arab dan mayoritas muslim. Dengan kerja dakwah shahabat
R.hum, menjadi sebab hidayah, termasuk diberi bonus kekuasaan.
Sekarang marilah kita bandingkan dengan
b). Zaman sesudah generasi shahabat,
misalnya zaman kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan dari Bani Umayyah
Pada zaman kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan, ± 100 tahun setelah Nabi
SAW, diutusMuhammad bin Qoshim Ats Tsaqofi untuk berdakwah ke India
yang ketika itu masih meliputi Pakistan, Bangladesh, Afganistan, Burma,
Srilanka, Nepal, Buthan. Kerja dakwahnya tetap ada tetapi “jiwanya” sudah
banyak menurun, maka walau hasilnya :
- Islam berkuasa selama ±700 tahun
- Orang-orang Alim yang besar banyak sekali, bahkan sampai ada diantara rajanya ada yang bisa memberikan fatwa (menjadi mufti) dsb.
- Bahkan ada kitab yang menulis 2500 biografi ulama India.
- Dsb-dsb.
Tetapi dengan itu semua kenyataannya mayoritas tetap nonmuslim Sehingga
ketika kekuasaan diambil oleh Inggris , nonmuslim berkesempatan menjadi pintar
& berpengaruh. Pada akhirnya ketika —akan meraih kembali kemerdekaannya
maka sebagian Umat Islam khawatir akan pengaruh dan kekuatan orang-orang Hindu
yang telah menjadi pintar tsb kemudian mereka berinisiatif dan berjuang untuk
memisahkan diri dari India dan mendirikan “Negara Islam”, (Pakistan Barat dan
Timur yang setelah itu pecah lagi menjadi Pakistan & Bangladesh).
Hal yang perlu ditinjau secara mendalam adalah :
- Mengapa setelah berkuasa 700 tahun lebih,
- Menghasilkan ulama yang hebat-hebat,
- Bahkan raja yang alim,
- Peninggalan-peninggalan dan simbol-simbol keislaman yang bisa dilihat sampai sekarang, Kenyataannya mayoritas tetap nonmuslim ?? Cobalah kita bandingkan dengan kerja Shahabat di atas.
Inilah bedanya antara jalur murni dakwah
kenabian dengan jalur dakwah yang sudah bercampur kekuasaan dan politik.
2. Sejarah Baru
a) Pakistan
Sejak didirikannya “Negara Islam Pakistan“ oleh Ali Jinnah pada tgl 14
Agustus 1947 yang didukung oleh tokoh-tokoh kaliber internasional seperti Abul
A’la Maududi dan lain-lain, tidak berhasil melaksanakan syariat Islam
sebagaimana yang dikampanyekan, sehingga hukum-hukum yang dipakai tetap hukum
peninggalan Inggris. Semula Pakistan Barat dan Timur, kemudian pecah menjadi
Pakistan (Pakistan Barat) dan Bangladesh (Pakistan Timur) dengan pemerintahan
masing-masing.
Pakistan zaman pemerintahan Jenderal Zia ul Haq yang mengambil alih dari
Ali Butho dimana syariat Islam dijadikan undang-undang antara lain:
- Sholat
- Zakat
- Wanita-wanita dilarang ke luar rumah tanpa mahrom
Wanita dilarang kerja di kantor-kantor/keluar rumah tanpa mahrom (keluarga
yang diharamkan untuk berkawin). Kenyataan prakteknya hal itu hanya berlaku
ketika Zia ul Haq datang ke daerah itu. Bahkan merupakan fakta sejarah yang
tragis bahwa setelah Zia ul Haq meninggal dalam kecelakaan pesawat,
terangkatlah Benazir Butho yang notabene adalah wanita, yang dalam Islam jumhur
ulama mengharamkan menjadi pemimpin. Tetapi aneh dan ironisnya dia terpilih
dalam pemilu justru setelah diberlakukannya HUKUM ISLAM secara paksa oleh Zia
ul Haq di “Republik Islam Pakistan”.
b) Aljazair
Penegakan “Negara Islam” dengan cara demokrasi via pemilu telah dilakukan oleh FIS (Islamic Salvation Front).Setelah kecewa dengan partai politik yang berasaskan sekuler tidak dapat mewujudkan kemajuan maka rakyat Aljazair banyak simpati kepada FIS. Terbukti dengan kemenangan FIS pada pemilu 1991 putaran I dan II, total kursi > 81% menunjukkan bahwa rakyat Aljazair menginginkan perubahan menuju kehidupan yang lebih baik dan Islami. Namun tahun 1992 penguasa militer membubarkan parlemen Aljazair & membatalkan hasil pemilu. Kemudian FIS diberangus & dijadikan sebagai parpol terlarang, ribuan orang baik anggota maupun pendukungnya ditangkap, dipenjara, dan sebagian lainnya ditindas, dianiaya, hingga dibunuh. Setelah itu dikesankan di mana-mana seolah-olah FIS adalah kelompok ekstrimis dan teroris. Kalau cara-cara itu haq/benar mengapa kalah & bernasib tragis ? Padahal Allah SWT berfirman
Penegakan “Negara Islam” dengan cara demokrasi via pemilu telah dilakukan oleh FIS (Islamic Salvation Front).Setelah kecewa dengan partai politik yang berasaskan sekuler tidak dapat mewujudkan kemajuan maka rakyat Aljazair banyak simpati kepada FIS. Terbukti dengan kemenangan FIS pada pemilu 1991 putaran I dan II, total kursi > 81% menunjukkan bahwa rakyat Aljazair menginginkan perubahan menuju kehidupan yang lebih baik dan Islami. Namun tahun 1992 penguasa militer membubarkan parlemen Aljazair & membatalkan hasil pemilu. Kemudian FIS diberangus & dijadikan sebagai parpol terlarang, ribuan orang baik anggota maupun pendukungnya ditangkap, dipenjara, dan sebagian lainnya ditindas, dianiaya, hingga dibunuh. Setelah itu dikesankan di mana-mana seolah-olah FIS adalah kelompok ekstrimis dan teroris. Kalau cara-cara itu haq/benar mengapa kalah & bernasib tragis ? Padahal Allah SWT berfirman
وَكَانَ حَقًّا
عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ
Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman (QS. Ar Rum : 47) ??!!
c) Afganistan
Taliban berhasil mendirikan “Negara Islam” di Afganistan selama 2 tahun
setelah melalui perjuangan panjang. Para Pejuang Taliban ini senior-seniornya
banyak yang dilatih oleh Amerika Serikat. “Negara Islam” sudah ditangan &
berkibar selama 2 th tetapi setelah itu dihancurkan oleh Amerika Serikat,
hingga kini.
Kalau jalan yang ditempuh oleh saudara-saudara Taliban itu haq/benar
mengapa tidak datang pertolongan Allah SWT ? Bukankah Allah SWT telah berfirman
إِنَّا لَنَنصُرُ
رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ
الْأَشْهَادُ
Sesungguhnya Kami pasti menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang
beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari
kiamat), (Qs. Mu’min :
51)
3. Di Indonesia
Renungkan hasil gemilang misi kenabian yang buahnya eksis dan harum hingga
kini.
a) Walisongo
Hasil kerja dakwah “Wali 7” yang notabene adalah orang asing menghasilkan
Wali ke 8 yaitu Sunan Kalijogo, bekas preman/begal Lokajaya, dan melahirkan
putranya bergelar Sunan Muria yang merupakan wali ke 9. Wali 7 datang ke
Indonesia yang masih kental Hindu/Budha di bawah kerajaan-kerajaan besar
nonmuslim seperti Majapahit, Pajajaran untuk mendakwahkan agama Islam dengan
santun, penuh rasa kecintaan, tidak ambisi apapun, semata-mata menginginkan
kebaikan bagi yang dihadapi, dan buahnya bisa dirasakan sampai hari ini.
Padahal jika diamati dari banyak segi seperti bangsa, bahasa, budaya mereka
berbeda dan agamanya jelas berbeda, transportasi serba terbatas, tidak ada
penyambutan (“team sukses”/”muhibbin”) dan sebagainya.
Hasilnya ?
Indonesia berubah menjadi mayoritas muslim dan eksis hingga sekarang!!
Dimulai dari runtuhnya Majapahit ± tahun 1478 dan munculnya kerajaan Demak di
bawah pemerintahan Raden Patah, putra Brawijaya ke 5 dan santri Sunan Ampel
yang bergelar “Syekh Alam Akbar Khalifatullah Sayyidin Panetep Panatagama”.
Sampai sekarang Islam menjadi agama yang dicintai dan dipeluk dengan kuat oleh
mayoritas bangsa Indonesia dari semua kalangan. Hantaman dari luar dengan
datangnya Belanda yang menguasai Indonesia selama 350 tahun, yang berarti
seluruh kekuatan dan aspek politik, ekonomi, sosial kebudayaan dan sebagainya
hampir total mereka kuasai, kecuali sebagian sangat kecil dari wilayah
Indonesia yang tetap merdeka (seperti Aceh) tidak menggoyahkan keislaman di
Indonesia. Mereka berusaha keras untuk merubah Indonesia dengan:
a) Secara halus :
- Misi zendingnya (dari bahasa Belanda yang artinya pengutusan) dengan strateginya antara lain mendirikan sekolah-sekolah, rumah sakit dan sebagainya.
- Dikirim orang-orang yang dididik menjadi pakar dalam keislaman bahkan belajarnyapun hingga ke Mekkah dan diceritakan hafal Al Qur’an seperti Snouck Hurgronje & Van der Plas untuk melakukan penyusupan dan pembelokan serta penyelewengan ajaran Islam dari dalam.
b) Secara kekerasan dan biadab, seperti :
Pembantaian masal yang dilakukan oleh tentara Belanda di Makasar, atas
perintah Westerling, membunuh rakyat Indonesia di sana yang notabene adalah
Muslim dengan cara yang sadis yaitu digilas tank. Tetapi walau mereka berupaya keras dengan itu semua, fakta yang ada Islam
tetap eksis di Indonesia.
Sekarang marilah kita bandingkan dengan “Perjuangan Untuk Mendirikan Negara Islam” yang berujung pada kegagalan total dan meninggalkan kesan buruk sampai sekarang, misalnya :
b). DI/TII Kartosuwiryo
—DI/TII (Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia) diproklamirkan tanggal 7
Agustus 1949. —Mereka sanggup bertahan selama 13 tahun,—pengikutnya ribuan dan—
menguasai wilayah yg luas. Itu semua bisa terjadi oleh karena
- Persenjataan dan pengalaman tempurnya, relatif seimbang dengan TNI (Tentara Nasional Indonesia) karena kesemuanya berangkat dari start yang sama, yaitu sama-sama pejuang melawan Belanda, Jepang dll.
- Pada saat itu belum ada negara adidaya/adikuasa yang mendukung karena masing-masing negara sedang berbenah sendiri-sendiri setelah babak belur dengan perang dunia II.
Jadi terlihat bahwa kekuatannya dg TNI relatif berimbang tetapi
ternyata kalah dan hancur !!! Mengapa? Karena tidak ada nusratullah/pertolongan
Allah !!! Mengapa tidak ada pertolongan Allah? Niatnya
mungkin baik, tetapi jalannya tidak benar.
—Demikian pula pemberontakan yang lain seperti Daud Beureueh, Kahar
Muzakkar , Batalyon 426, dansebagainya.
4. Masa Kini
Bagi yang berakal sehat, jika ingin sukses, tentu akan belajar dan
mengambil contoh dari pendahulu-pendahulunya yang telah sukses bukan mengekor
kepada yang gagal dan berakhir tragis.
IV. CITA-CITA MEMBENTUK NII ? APAKAH ADA
DASAR KEBENARANNYA ?
Allah SWT berfirman :
تِلْكَ الدَّارُ
الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا
فَسَادًا ۚ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (Qs. Al Qashash : 83)
Apabila orang telah ambisi ingin ketinggian di muka bumi (pengaruh,
kekuasaan, popularitas) maka eksesnya cenderung berbuat kerusakan besar atau
kecil, apalagi atas nama agama. —Padahal agama itu tidak untuk ketinggian,
kekuasaan, pengaruh, tetapi semata-mata untuk pendekatan diri kepada Allah
penciptanya agar bahagia di dunia maupun di akhirat. Nanti terserah Allah
sendiri, Dia Maha Bijaksana, kalau dipandang pantas akan diberi kekuasaan. Kalaupun sampai matinya tidak berkuasa maka yang penting dengan itu orang
tersebut sukses dunia dan akhiratnya sebagai orang yang patuh/taqwa kepada
penciptanya. Dengan demikian dia bahagia dan mulia di dunia hingga di akhirat.
Memang keinginan untuk mulia, terpandang, tidak tercela hal itu merupakan
fitrah manusia (gawan bayi/naluri) dan Allah sendiri yang menjadikan keinginan
tersebut.
Namun apabila hal ini ditunggangi oleh nafsu, pasti menyeleweng. Salah satu contohnya adalah keinginan untuk mendapatkan kekuasaan (walaupun dia menggunakan agama sekalipun). Memang bila syarat-syaratnya dipenuhi, kemungkinan akan tercapai, tetapi karena niatnya dari awal sudah salah, maka setelah berkuasa maka dia akan berusaha mempertahankan kekuasaannya walaupun melanggar syariat agama. Karena memang bukan hakekat agama murni yang diinginkannya tetapi terselip maksud lain yaitu keinginan akan kekuasaan/ketinggian. Sebab bila yang diinginkan tulus tegaknya syariat, maka jalan satu-satunya yang sah dari Allah adalah jalan / misi kenabian = dakwah ilallah ‘ala minhajin nubuwwah.
Namun apabila hal ini ditunggangi oleh nafsu, pasti menyeleweng. Salah satu contohnya adalah keinginan untuk mendapatkan kekuasaan (walaupun dia menggunakan agama sekalipun). Memang bila syarat-syaratnya dipenuhi, kemungkinan akan tercapai, tetapi karena niatnya dari awal sudah salah, maka setelah berkuasa maka dia akan berusaha mempertahankan kekuasaannya walaupun melanggar syariat agama. Karena memang bukan hakekat agama murni yang diinginkannya tetapi terselip maksud lain yaitu keinginan akan kekuasaan/ketinggian. Sebab bila yang diinginkan tulus tegaknya syariat, maka jalan satu-satunya yang sah dari Allah adalah jalan / misi kenabian = dakwah ilallah ‘ala minhajin nubuwwah.
Mudah-mudahan Allah menghindarkan kita dari tipuan syetan dan hawa nafsu
ini. Untuk itu Allah memberi solusi terbaik untuk menjawab keinginan
fitrah tersebut tetapi dengan jalan pencapaian yang terhormat, yang dengan itu
pasti akan dicapai tanpa menimbulkan ekses kerusakan dan gangguan sosial bagi
masyarakat banyak. Bahkan akan tampil sebagai penyejuk dan pengayom di
lingkungannya sehingga bisa dirasakan oleh non muslim sekalipun. Hasilnyapun
langgeng dunia sampai dengan akhirat.
وَلَا تَهِنُوا وَلَا
تَحْزَنُوا وَأَنتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman. (Qs. Ali Imran : 139)
Jadi lagi dan lagi, jalan terbaik dan termulia serta tersingkat adalah
usaha atas diri pribadi dengan jalan mengajak orang lain untuk meningkatkan
kwalitas iman. Dengan itu semua, apapun yang menjadi kehendak fitroh manusia
pasti akan tercapai.
—Sejarah membuktikan :
· Orang yang menginginkan ketinggian tetapi ditunggangi hawa nafsunya, akhirnya menimbulkan kerusakan dan
kebinasaan, bagi dirinya dan masyarakat banyak dan dikenang keburukannya,
contohnya : Fira’un (Ramses III), Namrud, Abu Jahal, Abu Lahab, Kaisar, Kisra,
Hitler, Musoullini, Raja Nero, para diktator kuno maupun modern, besar maupun
kecil, terutama para penentang nabi-nabi.
· Orang-orang yang menempuh jalan yang Allah tunjukkan, contohnya : Para Nabi dan
Shahabat-shahabatnya, Walisongo. Mereka tidak berambisi dengan
ketinggian/kekuasaan tetapi namanya justru tinggi dan mulia dikenang harum,
serta hasil jerih payahnya bisa dirasakan keberkahan dan kemanfaatannya oleh
manusia sampai sekarang. Demikian pula nama-nama pahlawan kemerdekaan RI,
dikenang jasanya tiap 17 Agustus.
V. SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DENGAN ULAH
PARA AKTIVIS NII INI ?
Marilah kita lihat akibat yang ditimbulkan dengan ulah para aktivis NII ini
- Agama dan umat Islam citranya menjadi buruk,
- Orang-orang tua tidak menginginkan anaknya tampak terlalu aktif dalam beragama, mereka khawatir anaknya janga-jangan direkrut menjadi anggota NII,
- Istri-istri merasa khawatir jika suaminya aktif dalam pengajian,
- Para rektor dan dosen bahkan hingga menteri menjadi was-was bila mahasiswa terlihat semangat dalam beragama,
- Timbul saling curiga diantara anggota masyarakat bila sebagian tampak sholeh,
- Terjadi ketegangan dan kesenjangan antara aparat pemerintah dan masyarakat muslim khususnya,
- Ini semua membuka peluang lebih lebar arus dekadensi moral pada masyarakat oleh karena yang akan memberi nasihat khawatir dituduh fanatik dan teroris.
- Sedangkan hasil ulah “para pahlawan kesiangan” yang terlanjur dicuci otak itu, ibarat “jauh panggang dari api” alias menegakkan benang basah atau nonsense !!!
- Bahkan kesemuanya itu sangat besar pengaruhnya bagi disintegrasi bangsa dan mengarah kepada kemungkinan runtuhnya NKRI
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian-uraian di atas jelas membuktikan tidak ada ajaran Allah
& Rasul NYA yg mengarahkan umatnya untuk mendirikan negara Islam dalam
rangka pelaksanaan syariat NYA; yang ada adalah tiap-tiap individu muslim harus
memaksimalkan usahanya untuk peningkatan iman & amal sholeh serta berdakwah
dengan mengikuti sunah sebelum matinya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم
مُّسْلِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam. (Qs. Ali Imran : 102)
Bukan dikatakan: “Jangan
kalian mati sebelum kalian mempunyai negara Islam”.
Wallahu a`lam.
3 comments:
Ga bs d baca syeikh.
Syg artikelnya ga bs di bc syeikh.
Bisa kok.. coba lagi. Jazakallah sudah mampir
Post a Comment