Berapa banyak perpisahan begitu
sulit bagi seseorang. Apalagi jika berpisah dengan orang yang sangat dicintai.
Dan lebih manyakitkan bila perpisahan itu terjadi dengan orang yang selama ini
menyertainya dalam perjuangan. Akan tetapi apa yang terjadi pada Umiyah Juha
lebih pahit dari itu. ia kehilangan suaminya, As-Syahid Romi Saad dan setelah
itu ia juga harus kehilangan suami keduanya, As-Syahid Wail Uqailan.
Menolong janda-janda -atau para
gadis, yang sedang menunggu pasangannya di garis qadarullah yg di tuliskan
Allah dalam lauhul mahfudz baginya saat usianya terus bertambah- yang tidak ada
yang meminang mereka, lebih-lebih setelah perang, dimana laki-laki meninggal
dalam jumlah besar baik yang telah menikah maupun belum menikah. Maka
janda-janda mereka dan perawan-perawan mereka, apakah lebih baik mereka tetap
seperti itu tanpa suami yang menolong mereka dan membiarkan mereka tetap
menjadi perawan-perawan tua dan menjanda ? Tentunya tidak, jelas lebih baik
bagi mereka menjadi isteri kedua atau ketiga atau keempat, jika memang
perempuan itu menginginkan yang demikian.
Pilih Yang Salihah
Meski Rasulullah shalallahu
‘alaihi wassalam menganjurkan para pria untuk lebih mengutamakan perawan untuk
dinikahi, bukan berarti beliau melarang seorang pria menikahi janda. Bukankah
sebagian besar istri beliau juga janda?
Bagi seorang pria, menikahi janda
juga bisa dijadikan pilihan. Apalagi jika ia berniat untuk menyantuni seorang
wanita yang tidak lagi bersuami dan anak yatim yang kehilangan kasih sayang
seorang ayah. Jika dilakukan dengan ikhlas, semua itu insyaallah akan
membuahkan pahala yang besar.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wassalam bersabda:
تُنْكَحُ النِّسَاءُ
لِأَرْبَعَةٍ:
لِمَالِهَا
وَلِحَسَبِهَا
وَلِجَمَلِهَا
وَلِدِيْنِهَا،
فَاظْفَرْ
بِذَاتِ
الدِّيْنِ
تَرِبَتْ
يَدَاكَ
“Wanita itu dinikahi karena empat hal. Karena hartanya, keturunannya,
kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah agamanya, (kalau tidak) engkau akan
celaka.” (Riwayat Bukhari dan
Muslim)
Pilihan Seorang Janda di Akhirat
wanita itu untuk suaminya yang
paling baik akhlaknya, yang jika ia diberi kebebasan untuk memilih pasti
memilihnya. Pendapat ini didasarkan pada hadist Anas Radhliyallahu 'anhu dalam
Mu'jam Al-Kabir,
Bahwa Ummu Habibah menanyakan
kepada Rasulullah Shallahu'alaihi wa Sallam tentang wanita yang bersuami lebih
dari satu, maka Rasulullah Shallahu 'alaihi wa Sallam menjawab: Ia untuk yang
terbaik akhlaknya. Wahai Ummu Habibah baiknya akhlak telah membawa kebaikan
dunia dan akhirat?, (Ihya' Ulumuddin:
3/45)
Syekh Athiyah Saqr dari Al-Azhar
memandang bahwa ini adalah termasuk perkara ghaib yang seharusnya dikembalikan
kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan tidak bisa kita pastikan kecuali dengan
khabar yang qath'i (pasti). Menurutnya pendapat yang lebih mirip dengan
kenikmatan surga yang agung adalah pendapat yang kedua, yaitu untuk suaminya
yang terbaik. Wallahu a'lam. (Fatawa
Al-Azhar:10/28)
Diriwayat lain juga dikatakan :
Ummu Salamah berkata, “Ya Rasulullah, salah seorang wanita di
antara kami pernah menikah dengan dua, tiga, atau empat laki-laki lalu
meninggal dunia. Dia masuk surga dan merekapun masuk surga. Siapakah di antara
laki-laki itu yang akan menjadi suaminya di surga?” Beliau menjawab, “Wahai Ummu Salamah, wanita itu disuruh
memilih, lalu diapun memilih siapa di antara mereka yang paling baik akhlaqnya”.
Lalu dia berkata, “Rabbi,
sesungguhnya lelaki inilah yang paling baik tatkala hidup bersamaku di dunia.
Maka nikahkanlah aku dengannya…” …Wahai Ummu Salamah, akhlaq yang baik itu akan
pergi membawa dua kebaikan, dunia dan akhirat.” (HR At Thabrani)
Hikmah Menikahi Janda
"Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau
empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah)
seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih
dekat kepada tidak berbuat anianya" (An-Nisaa’ : 3)
Beberapa hikmah yang insya Allah
dapat dipetik dari menikahi janda, antara lain :
1. Terselamatkannya mereka dunia dan akhirat
Allah berfirman dalam KitabNya
Yang Mulia: “Sesungguhnya orang-orang
yang mengatakan, ‘Rabb kami ialah Allah’, kemudian mereka bersikap istiqamah,
maka akan turun malaikat kepada mereka (dengan mengatakan), ‘Janganlah kamu
merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan
surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.’” (Fushshilat:30)
2. Terselamatkannya anak mereka dari didikan yang tidak Islami
“Nyatalah bahwa pendidikan
individu dalam islam mempunyai tujuan yang jelas dan tertentu, yaitu:
menyiapkan individu untuk dapat beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan
tak perlu dinyatakan lagi bahwa totalitas agama Islam tidak membatasi
pengertian ibadah pada shalat, shaum dan haji; tetapi setiap karya yang
dilakukan seorang muslim dengan niat untuk Allah semata merupakan ibadah.” (Aisyah Abdurrahman Al Jalal, Al
Mu’atstsirat as Salbiyah fi Tarbiyati at Thiflil Muslim wa Thuruq ‘Ilajiha,
hal. 76).
“Jauhilah oleh kalian rumput hijau yang berada
di tempat kotor.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Apakah yang dimaksud dengan
rumput hijau yang berada di tempat kotor itu, wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Yaitu, wanita yang sangat cantik, yang tumbuh berkembang di tempat
yang tidak baik.” (HR. Daruquthni)
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
(QS. At Tahrim: 6 ).
Imam adh-Dhahaq dan Muqaatil
berkata, “seorang muslim wajib mengajari keluarganya (istri dan anaknya),
termasuk juga kerabat-kerabatnya, budaknya yang perempuan dan laki-laki, apa
saja yang telah Allah perintahkan dan larang atas mereka.”
Menurut Imam as-Sa’di makna
memelihara keluarga dan anak-anak yaitu dengan mendidik dan mengajari mereka,
menekankan mereka untuk melaksanakan perintah Allah, karena seorang hamba tidak
akan selamat kecuali jika ia melaksanakan perintah Allah terhadap diri
pribadinya dan orang-orang yang ada di bawah kendalinya, seperti istri,
anak-anak, dan selain mereka yang di bawah kuasanya.
3. Tersebarkannya kasih sayang diantara kaum muslimin, diantara para
muslimah, dan anak anak yatim.
“Wahai
Rasulullah, saya memiliki saudara-saudara perempuan yang berjiwa keras, saya
tidak mau membawa yang keras juga kepada mereka. janda ini saya harapkan mampu
menyelesaikan permasalahan tersebut.” kata Jabir “benar katamu” jawab Nabi SAW.
"Barangsiapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan
memuliakannya pada hari ia berjumpa dengan-Nya." (HR. Ibnu Khuzaimah dari Salman Al-Farisi pada Khutbah Rasulullah SAW
menyambut Ramadhan)
Rasulullah S A W bersabda: Saya dan orang yang menanggung (
memelihara ) anak yatim. Ada disorga bagaikan ini, seraya beliau memberi
isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah dan beliau merentangkan kedua
jarinya itu. ( HR. Bukhari )
Allah berfirman: Nescaya Allah
akan mencintai dan mengampuni dosa-dosamu. (TQS Ali Imran : 31) Sesunggahnya
Allah tidak mencintai orang-orang kafir (QS
Ali Imran:32)
Al-Baidhawi menafsirkan pasti
Allah akan redha kepadamu. Cinta Allah kepada kaum mukmin adalah pujian, pahala
dan ampunanNya bagi mereka. Al Azhari berkata, ‘ Cinta Allah kepada hambaNya
adalah memberikan kenikmatan kepadanya dengan memberi ampunan’. Sufyan bin
Uyainah menafsirkan, Allah akan mendekatkan padamu. Cinta adalah kedekatan.
Dari Anas ra, Nabi saw bersabda: Ada tiga perkara, yang sesiapa memilikinya
ia telah menemui kemanisan iman. Iaitu orang yang mencintai Allah dan Rasulnya
lebih dari yang lain, (kedua), orang yang mencintai seseorang hanya kerana
Allah, (ketiga) dan orang yang tidak suka kembali kepada kekufuran sebagaimana
ia tidak suka dilemparkan ke neraka.(Mutafaq’alaih)
Sunguh besar balasan oranng yang
mencintai kerana Allah swt. Dalam sebuah hadith Qudsi Riwayat Muslim dari Abu
Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya kelak di hari Kiamat Allah
akan berfirman, “ Di mana orang-orang yang saling mencintai kerana keagungan
Ku? Pada hari ini Aku akan memberikan kepadanya dalam naungan Ku di saat tiada
naungan kecuali naungan Ku”
Allah ‘Azza wa jalla berfirman, “
Orang-orang yang saling mencintai kerana keagungan Ku, mereka mendapat
mimbar-mimbar dari cahaya. Para Nabi dan syuhada pun tertarik dengan mereka." (HR: Tirmizi, Hasan shahih)
Wallahu a`lam.
No comments:
Post a Comment