Allah
SWT telah berikan kepada kita ini agama dan cara memelihara agama. Apabila kita
jaga kedua hal ini agama dan cara memeliharanya, Allah SWT akan memberikan
kemuliaan kepada kita. Para Nabi yang terdahulu hanya mengajarkan agama saja
kepada ummat. Ini karena ketika itu jika nabinya meninggal, maka akan datang
lagi nabi yang lain menggantikannya. Sehingga tidak perlu ketika itu para Nabi
mengajarkan ummatnya bagaimana cara memelihara agama. Namun Nabi kita Muhammad
Rasullullah SAW membawa 2 tugas :
1. Mengajarkan Agama kepada
ummatnya.
2. Mengajarkan Ummat bagaimana
memelihara agama.
Dari
pertama sekali Nabi datang mengajarkan Iman dan Islam, dan langsung mengajarkan
bagaimana memelihara Iman dan Islam itu. Bahkan saat itu Nabi juga mengajarkan
kepada mereka cara meningkatkan Iman dan cara menyempurnakan Islam. Cara-cara
ini diajarkan langsung saat itu juga oleh Nabi SAW. Ummat ini sudah
dipersiapkan walaupun dengan wafatnya Nabi SAW, agama akan tetap terjaga dan
wujud sampai hari kiamat. Ini karena kepada ummat ini sudah diajarkan bagaimana
cara memelihara agama. Apabila ummat ini memelihara agama dengan cara yang
diajarkan Nabi, yaitu dengan Dakwah Illallah, maka Allah SWT akan memberikan
kemuliaan dan pertolongan kepada ummat Islam. Sedangkan ummat nabi-nabi
terdahulu sangat bergantung pada nabinya. Ini karena yang mempunyai hubungan
langsung dengan Allah hanya para Anbiya AS. Sehingga jika masalah-masalah
datang, mereka langsung mengadu pada nabinya, dan nabinya mengadu langsung pada
Allah.
Ummat
yang terdahulu untuk dapat menyelesaikan masalah harus lewat perantara nabinya.
Kalau nabinya wafat, maka keadaan ummat akan hancur kembali. Beginilah keadaan
ummat-ummat terdahulu dengan nabi mereka. Namun berbeda dengan ummat Nabi SAW
yang sudah dibekali oleh Nabi SAW supaya membuat kerja seperti para nabi-nabi
terdahulu yaitu dengan kerja nubuwah atau kerja dakwah. Apabila ummat ini
mengerjakan kerja dakwah maka Allah SWT akan menjaga agama ini. Jika ada kerja
dakwah, maka agama akan terjaga, Iman dan Amal akan sempurna, dan Allah akan
memberikan pertolongan kepada mereka.
Ketika
Nabi SAW wafat, islam bukannya mati, tetapi islam terus berkembang, ini karena
para sahabat sudah dibekali seperti mereka dalam kerja para anbiya AS. Dan
kerja ini bukan hanya untuk sahabat nabi, tetapi terus dibawa dari generasi ke
generasi sampai hari kiamat. Ummat islam punya tugas untuk menjaga agama,
sebagaimana para Anbiya AS menjaga agama pada ummat. Kita ini bukan anbiya dan
bukan rasul, tetapi kepada kita telah diberikan pelajaran bagaimana cara
memelihara agama dan bagaimana cara mengembangkan agama. Dan dengan amalan ini
dan kerja ini, maka Allah akan menolong kita.
Ketika
ummat islam di jaman Nabi SAW dan para sahabat RA, mereka mengerjakan membuat
usaha dakwah Illallah. Kemudian Allah kuatkan mereka dengan bantuan Allah,
pertolongan Allah, sehingga kekuatan-kekuatan dunia tidak ada yang mampu
menghancurkan daripada kekuatan kaum muslimin. Ini karena Allah ada bersama
mereka yang menolong agama Allah. Bangsa-bangsa besar yang berkuasa ketika itu
seperti Romawi dan Persia, mereka pikir ummat islam dapat dijajah dan dikuasai
oleh mereka. Tetapi apa yang terjadi ketika ummat islam terus berkembang, para
bangsa besar tersebut tidak bisa lagi menguasai dan menaklukkan daripada kaum
muslimin. Ada apa dibalik kejayaan dan kemenangan para sahabat ? padahal ketika
itu dibanding dengan bangsa-bangsa yang besar, ummat islam jauh lebih sedikit
jumlahnya, dan senjatanya jauh kalah canggih, dan ekonominya lemah-lemah.
Tetapi apa sebabnya para sahabat RA ketika itu disegani dan ditakuti oleh
orang-orang kafir, dan bangsa besar seperti Romawi dan Persia. Walaupun ummat
islam :
1. Jumlah yang minoritas
2. senjata yang sudah kuno
3. ekonominya lemah-lemah
Sedangkan
bangsa besar :
1. Mereka telah berkuasa ribuan
tahun à Rome 1000 tahun, dan Persia 5000 tahun.
2. Jumlahnya mayoritas
3. Senjatanya canggih-canggih,
modern, dan “Up to Date”, keluaran teknologi terbaru.
4. Ekonominya kuat
5. Kekuasaannya luas
6. Tentaranya terlatih
Tetapi
kenapa para bangsa besar ini bisa tunduk dibawah kaki-kaki para sahabat Nabi
SAW.? Ini tidak lain karena Allah bersama mereka. Sebagaimana tunduknya Fir’aun
kepada Musa AS, dan tunduknya Namrud kepada Ibrahim AS, dan lain-lain, mereka
yang mempunyai kekuasaan, kekayaan, kekuatan, dan kerajaan di tundukkan oleh
Allah Ta’ala. Nabi-nabi ini hanya seorang diri, tidak punya tentara, tidak
punya senjata, tidak punya ekonomi yang baik, tetapi siapa dibalik mereka ini,
sehingga mampu menaklukkan musuh-musuh mereka yang mempunyai kekuatan tentara,
senjata, ekonomi, kekuasaan yang hebat-hebat. Ini karena yang dibalik para
Anbiya AS ini adalah Robbul Alamin, Raja di Raja.
Begitulah
para Anbiya AS tidak dibekali bersamanya ekonomi, kekuasaan, senjata, kerajaan
selain Nabi Sulaiman AS dan Daud AS. Tetapi semua nabi-nabi yang lain, ibaratnya
hanya dengan tangan kosong untuk melawan musuh-musuh Allah, dan hanya dengan
bekal perintah Allah Ta’ala saja. Ketika Nabi SAW dicoba berkali-kali
pembunuhan, Allah Ta’ala selamatkan Nabi SAW dari tangan musuh-musuhnya.
Begitupula para Anbiya AS yang juga telah Allah selamatkan dari tangan
musuh-musuh mereka. Ini karena mereka ini bergerak sebagai utusan Allah, dan
Allahlah yang lebih tahu bagaimana cara menyelamatkan seorang utusan.
Sahabat-sahabat
nabi jumlahnya kecil, senjata kurang, ekonominya lemah, tidak punya kerajaan,
tetapi kenapa orang kafir tunduk dan segan kepada mereka. Ini bukan karena
senjata, ekonomi, tentaranya, kekuasaannya, kerajaannya, para bangsa besar ini
tunduk dibawah sahabat, tetapi karena Yakin mereka yang sempurna kepada Allah.
Asbab mereka teguh menjaga kerja Dakwah Illallah yaitu kerja para Anbiya AS,
maka Allah berikan kepada sahabat yakin yang sempurna dan kejayaan
dunia-akherat.
Ummat
islam jika mau mengerjakan kerja dakwah, walaupun ekonomi lemah, teknologinya
terbelakang, tentaranya sedikit, dan tidak punya kerajaan, tetapi Allah bersama
mereka, maka sistem dan konstalasi dunia akan berubah dibawah pengaruh umat
islam. Semua orang non-muslim akan terpengaruh dengan cara-cara islam. Sistem
ekonominya, sistem pendidikannya, sistem masyarakatnya, segala sistem akan
terpengaruh oleh ajaran atau sistem Islam.
Cara-cara
yang bukan islam akan terpengaruhi oleh cara-cara yang islami, dan mereka akan
mengikuti cara-cara orang islam. Dari perdagangannya, pertaniannya,
pemerintahannya, pedidikannya, semua sistem akan berubah, dan cara-cara islam
akan dominan. Dan jika mereka berusaha terus merusak dan menghancurkan usaha
kita, mereka tidak akan mampu karena Allah ada bersama orang-orang islam,
pertolongan Allah ada bersama orang-orang islam. Tetapi kalau ummat islam
meninggalkan usaha agama ini, maka Allah akan cabut pertolongannya. Walaupun
ibadahnya ada, ilmunya ada, universitas islam ada, ulamanya banyak, madrasah
banyak, ekonominya kuat, negerinya kaya raya, tetapi jika ummat meninggalkan
usaha dakwah ini, maka cara-cara kafir akan menguasai kehidupan kaum muslimin.
Dari Perdagangannya, pertaniannya, sistem ekonominya, sistem pendidikannya,
sistem masyarakatnya, sistem pergaulannya, sistem hukumnya, akan dikuasai oleh
cara-cara orang kafir, dan sistem islam akan hancur. Jadi jika dakwah
ditinggalkan maka cara-cara kafir akan dominan kepada kaum muslim, dan
cara-cara islam akan hancur ditinggalkan kaum muslim itu sendiri. Dan ini sudah
menjadi sunnatullah sebab-akibat yang akan terjadi jika ummat muslim telah
tinggalkan usaha dakwah.
Allah
berfirman :
. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا
اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ.
“Hai orang-orang beriman barangsiapa menolong
agama Allah maka Allah akan tolong kamu, dan Allah akan mengkuatkan kedudukan
kamu menghadapi orang-orang kafir.” (Muhammad 7)
Jika
kita tolong agama Allah maka Allah akan tolong kita menghadapi daripada tipu
daya, siasat, orang-orang kafir. Lalu Allah akan menguatkan kedudukan kamu,
orang beriman, sehingga dia akan mantap dalam agama Allah. Sehingga orang kafir
tidak akan bisa mengganngu cara-cara islam yang diamalkan oleh orang beriman.
Bahkan orang kafirlah yang nantinya akan terpengaruh dengan cara-cara islam.
Jadi sebaliknya jika kita tidak tolong agama Allah, maka Allah tidak akan
tolong kita. Kita akan hidup dibawah cengkraman orang-orang kafir, anak-anak
kita akan dijajah dan diracuni oleh pemikiran mereka, sehingga hancur generasi
kita jauh dari amal-amal agama. Jika kita tinggalkan menolong agama Allah maka
akan datang suatu masa dimana fikiran kita, ekonomi kita, generasi penerus
kita, pergaulan kita, pendidikan kita, tatanan kehidupan kita, dikuasai
cara-cara dan doktrin-doktrin orang-orang kafir. Ketika itu kita akan menjadi
lemah menghadapi orang-orang kafir. Kita tidak bisa mengatur kehidupan kita
sendiri, dan akan diperlakukan semena-mena dengan cara-cara orang kafir.
Sehingga kita akan terjerumus kepada kemaksiatan dan kemungkaran melawan Allah
Ta’ala. Inilah sunnatullahnya yang akan terjadi apabila kita telah tinggalkan
usaha agama ini.
Kata-kata
tawaran dari Allah dalam kalimat “Apabila kamu menolong agama Allah”, ini
hanyalah gaya bahasa saja, yang seakan-akan kita punya kemampuan untuk menolong
agama Allah, dan seakan-akan Allah memerlukan bantuan kita. Sebetulnya Allah
tidak memerlukan bantuan dan pertolongan kita. Jadi begitu halusnya bahasa Al=-Qu’ran
ini sehingga sepertinya Allah memerlukan kita.
Note:
Padahal
Allah ini Maha Kuasa sehingga tidak ada satupun di alam ini yang dapat bergerak
tanpa iradah atau kemauan dari Allah Ta’ala. Bagaimana bisa kita merasa punya
kemampuan untuk membantu agama Allah, dan bagaimana mungkin Allah memerlukan
bantuan kita sementara untuk mengedipkan mata kita saja membutuhkan bantuan
dari Allah.
Menolong
agama Allah ini adalah dengan mendakwahkan agama Allah. Allah ini adalah Da’i
yang pertama, dalam firmanNya :
وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلَامِ
“Allah
mengajak kepada darussalam (negeri keselamatan / surga)…” (Yunus 23).
Allah
ini tidak beribadah : tidak sholat, tidak puasa, tidak zakat, tidak haji,
tetapi Allah ini berdakwah. Ibadah ini bagi hamba dan mahluk, tetapi dakwah ini
Allah sendiri melakukannya, bahkan menjadi da’i (penyeru) yang pertama. Jadi
siapa saja yang mendakwahkan agama Allah, berarti dia telah membantu Allah
Ta’ala. Para Nabi yang mengajak manusia dari menjadi hamba-hamba manusia
menjadi hamba-hamba Allah, lalu kita yang meneruskan, berarti kita telah
membantu Allah, walaupun pada hakekatnya Allah tidak memerlukan kita. Jika kita
diberi kekuatan oleh Allah untuk membantu Allah, menjadi pembantu Allah,
berarti ini merupakan kemuliaan bagi kita yang Allah telah berikan kepada kita.
Inilah yang namanya kemulian bagi kita utuk dapat membantu Allah, bukannya
Allah memerlukan bantuan kita., tetapi kitalah yang memerlukannya. Jadi kita
harus merasa bangga dan bahagia diberi kesempatan oleh Allah untuk menjadi
pembantu Allah, menolong Agama Allah.
Kalau
seseorang dipilih untuk menjadi seorang pembantu raja, maka dia harus merasa
bangga karena dia bisa dekat dengan raja dan status dirinya berarti telah
terangkat. Raja bisa memilih siapa saja untuk menjadi pembantunya, tetapi kita
harus punya perasaan kenapa kita ini bisa terpilih. Kita harus merasa
terangkat, dan merasa dimuliakan oleh Allah karena telah dipilih sebagai
pembantunya. Orang yang menolong agama Allah, tentu akan menjadi orang yang
paling dekat kepada Allah.
Namun
hari ini ummat islam telah berubah keyakinan dan aqidahnya. Mereka pikir cukup
dengan ibadah saja, dan meninggalkan usaha dakwah ini, lalu memakai cara-cara
lain untuk membangun islam, maka sampai kiamatpun ummat islam tetap akan dalam
keadaan terhina. Jadi apabila ummat telah meninggalkan usaha dakwah, maka ummat
islam akan dihinakan. Sekarang ini keadaan ummat sudah jauh dari kehidupan di
jaman Nabi SAW. Saat ini ummat telah mengalami degradasi amal dibanding jaman
sahabat RA. Bahkan kini sebagian besar ummat islam telah melalaikan sholat,
walaupun ketika itu terdengar adzan olehnya.
Saat
ini ketika adzan berapa persen ummat islam yang datang ke mesjid ? mayoritas
ummat islam tidak datang ke mesjid. Ini berarti sudah melalaikan ajaran islam
namanya, kiat islam sudah tidak ada lagi. Lalu bagaimana dengan yang
lain-lainnya ? inilah akibatnya jika ummat islam meninggalkan dakwah, maka
ibadahpun akan menjadi lemah, dan sistem kehidupanpun akan rusak. Walaupun umat
islam mayoritas tetapi akan menjadi lemah sistem kehidupannya. Semua sistem
akan dijajah cara-cara orang-orang kafir, mengikuti cara-cara orang kafir.
Bahkan orang-orang islam bangga mengikuti cara-cara kafir, minder dengan
cara-cara islam, seakan-akan dengan cara islam ini tidak maju. Malu menampakkan
identitas islam, tetapi bangga dengan cara-cara kafir. Dalam diri sendiri,
dalam rumah tangga, dalam masyarakat, dalam sistem yang ada, yakin jika
menampilkan islam tidak maju, tetapi jika menampakkan cara-cara kafir akan
maju. Ini adalah suatu kehinaan yang luar biasa pada ummat islam.
Umat
islam hari ini sibuknya mengurus kantor, toko, rumah tangga, seolah-oleh jika
mengerjakan itu semua akan selesai masalah, ternyata masalah malah makin
bertambah. Ummat islam ini bukan diperuntukkan untuk ibadah saja, ngurus toko,
ngurus sawah, ngurus ekonomi, bukan untuk itu, karena ummat ini adalah ummat
dakwah, ummat yang da’i. Apabila ummat islam ini menjalankan fungsinya sebagai
ummat dakwah, jalankan kerja dakwah, maka masalah-masalah kehidupan pada ummat
ini akan Allah ringkaskan, bahkan dibereskan oleh Allah Ta’ala. Masalah-masalah
di toko, diperdagangan, disawah, di rumah kita, akan Allah ringkaskan, ini
karena kerja utama ummat ini adalah berdakwah. Inilah yang harusnya menjadi
kesibukan utama kita yaitu keluar dakwah di jalan Allah :
1. Dari menjaga Nishab 2.5 jam, 3
hari, dan 40 hari
2. menyambut takaza-takaza dakwah
3. Memperbaiki amal maqominya
Maka
Allah Ta’ala nanti akan memperbaiki keadaan ekonominya, perdagangannya,
tokonya, sawahnya, rumah tangganya, anak-anaknya, masyarakatnya, semuanya akan
Allah perbaiki. Tetapi kalau ummat islam tidak mau keluar di jalan Allah
Ta’ala, sibuk di tokonya, perdagangannya, dipemerintahannya, ibadahnya, rumah
tangganya, maka Allah Ta’ala akan kacaukan kehidupan ummat ini. Apabila ummat
ini sudah tidak menjalankan fungsinya, tidak menyibukkan diri dalam usaha
dakwah, maka Allah akan hancurkan tatanan kehidupan ummat islam. Dalam sejarah
kehidupan ummat islam di jaman Nabi dan para sahabat RA yang penuh dengan
kejayaan dan kesuksesan, sudah jelas bahwa sebelum mereka masuk islam, bangsa
arab ini adalah bangsa yang tidak dipandang oleh dunia. Bangsa-bangsa besar
seperti Persia dan Romawi tidak mau menjajah bangsa arab ini karena menurut
mereka tidak ada manfaatnya. Bangsa yang tidak diperhitungkan sama sekali dalam
peta kekuatan dunia. Bahkan bangsa Arab ini dianggap sampah oleh bangsa-bangsa
lain di dunia. Tetapi setelah Nabi SAW dikirim Allah kepada bangsa arab untuk
membangun dan memperbaiki kondisi tatanan dan kehidupan masyarakat yang telah
rusak, baru nampak perbaikan kehidupan dalam masyarakat arab yang dianggap
jahil dan barbar ini.
Setelah
Iman dan Amal yang sempurna telah terbentuk dalam diri para sahabat dan dengan
dakwah mereka mengajak manusia kepada Allah, baru Allah muliakan mereka yang
tadinya jahil dan barbar ini, bahkan Allah mereka gelar Radhiallohu Anhum.
Sehingga bangsa yang tadinya tidak dperhitungkan menjadi bangsa yang
berpengaruh dan disegani oleh bangsa-bangsa besar. Bahkan bangsa-bangsa besar
yang tadinya tidak memperhitungkan mereka takluk dan hancur oleh kekuatan
mereka, para sahabat RA. Sehingga ketika itu ummat islam menjadi mulia dan
terhormat. Sistem islam menjadi dominan, sehingga mempengaruhi kehidupan orang
kafir. Bahkan orang-orang kafir senang dibawah kekuasaan orang-orang islam.
Orang kafir merasa aman dan tentram berada dibawah sistem dan kekuasaan orang
islam, tidak ada tekanan dan kekhawatiran dalam mengamalkan agama mereka
masing-masing.
Ketika
ummat islam sudah menjadi besar, ekonominya membaik, pasukannya ditakuti,
bangsanya dihormati, dan dimuliakan oleh bangsa-bangsa lain, maka keadaan ummat
mulai berubah. Semua aspek kehidupan dari pendidikan, teknologi, explorasi,
exploitasi, penemuan-penemuan, mulai berkembang dan bertambah maju. Sehingga
muncul cendikiawan-cendikiawan islam, universitas-universitas islam,
laboratorium-laboratorium islam. Ilmu-ilmu keduniaan terus berkembang sehingga
ditemukan cabang-cabang ilmu baru dari astronomi, astrologi, geometri, geologi,
arsitekur, dan lain-lain. Asbab penemuan-penemuan ini maka qualitas dan quantitas
kebendaanpun meningkat, rumah menjadi bagus, kendaraan tambah maju, peralatan
makin canggih, dan lain-lain. Semua cabang ilmu dan keduniaan terus meningkat
dan maju kecuali satu hal saja yang tidak berkembang dan telah ditinggalkan
yaitu kerja dakwah.
Walaupun
agama ketika itu dikembangkan juga dari munculnya madrasah-madrasah sehingga
mencetak banyak ulama, hafidz qur’an, dan ilmu-ilmu agama dikembangkan dari
tafsir, hadits, fiqih, tassawuf, dan lain-lain. Bahkan ibadahpun dikembangkan
juga dari kebiasaan sholat malam, para ahlul ibadah, sampai para jemaah mesjid,
yang sekali sholat berjamaah 15.000 orang datang. Sedangkan di Indonesia ini
belum ada, kecuali di Mekkah dan Madinah saja. Tetapi secara tiba-tiba Allah
balikkan keadaan, Allah hancurkan umat islam sesudah itu. Ummat islam Allah
hancurkan, siapa yang menghancurkan ? yaitu Allah Ta’ala sendiri, karena apa ?
ini karena ummat islam sudah meninggalkan tugas yaitu kerja dakwah, sudah
meninggalkan fungsinya, dan melupakan identitasnya sebagai ummat dakwah.
Allah
berfirman :
يآأَيُّهاَ الَّذِيْنَ آمَنُوا ماَ لَكُمْ
إِذاَ قِيْلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيْلِ اللهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى اْلأَرْضِ أَرَضِيْتُمْ
بِالْحَياَةِ الدُّنْياَ مِنَ اْلآخِرَةِ فَماَ مَتاَعُ الْحَياَةِ الدُّنْياَ فِي
اْلآخِرَةِ إِلاَّ قَلِيْلٌ. إِلاَّ تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَاباً أَلِيْماً وَيَسْتَبْدِلْ
قَوْماً غَيْرَكُمْ وَلاَ تَضُرُّوْهُ شَيْئاً وَاللهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila
dikatakan kepada kamu: ‘Berangkatlah (untuk berdakwah) pada jalan Allah’, kamu
merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan
di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia
ini di bandingkan dengan kehidupan akhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak
berangkat untuk berperang, niscaya Allah akan menyiksa kamu dengan siksa yang
pedih dan diganti-Nya kamu dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat
memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.” (At-Taubah: 38-39)
Hai
orang-orang beriman, kenapa kamu ketika diminta untuk keluar berdakwah, kamu
sibuk saja di rumah, di kantor, di toko. Apakah kamu lebih cinta dunia
dibanding akherat?.
Allah
ini sudah faham dan mengetahui, kalau kita ditaskil ketika dengar bayan, Masya
Allah, katanya, “wah bagus nih bayannya.” Tetapi gak enaknya ketika di
taskilnya itu, tetapi justru yang gak enak ini, yang Allah mau. Makanya jika
kita senangnya denger bayan saja, Allah tidak suka. Tetapi dengar bayan lalu
ditaskil supaya keluar dijalan Allah ini yang Allah suka. Kalau hanya
bayan-bayan, banyak ulama-ulama yang bisa, dan majelis-majelis taklim juga ada
dimana-mana. Kalau hanya dengar saja Allah tidak suka, tetapi yang Allah suka
adalah keluar di jalan Allah setelah dengar bayan. Padahal Allah katakan
mahfum, “mengapa kamu ketika di taskil keluar kamu tidak mau ?” ini berarti
ketika kita kita tidak mau keluar setelah ditaskil maka di mata Allah ini kita
lebih cinta dunia dibanding akherat. Sehingga dikatakan :
إِلَّا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا
أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا ۗ
Akibatnya
apa jika kamu tidak keluar berdakwah tanpa alasan syar’i? maka akan datang
adzab yang pedih, lalu kamu akan diganti oleh orang lain atau kaum lain. Kamu
akan dihancurkan lalu diganti oleh yang lain, diganti oleh kaum dan bangsa yang
lain.
Jadi
ayat ini berjalan terus, berlaku terus kejadiannya, bukan hanya untuk dibaca
saja, tetapi berjalan setiap waktu. Jadi orang islam yang tidak mau berdakwah,
tidak mau keluar di jalan Allah, karena lebih mencintai dunianya dibanding
agama Allah, Maka Allah akan turunkan adzab kepada dia dari perkara yang dia
cintai. Dia lebih mikirin rumahnya saja, keluarganya saja, kerjanya saja,
tokonya saja, bisnisnya saja, ini jangan tenang-tenang saja karena adzab bisa
turun disitu. Ada yang bilang, “Sayakan sudah 4 bulan, jadi buat apa lagi.
Sekarang waktu saya ngurus rumah tangga, ngurus kerja, ngurus ini dan itu.”
Allah tidak suka pemikiran yang seperti itu. Kerja kita ini dalam berdakwah ini
seperti tentara, polisi, bergerak setiap saat.
Note:
Kapan
saja dibutuhkan, tentara atau polisi ini, harus siap, apalagi ketika kejahatan
terjadi. Jika polisi dan tentara tidak siap ketika terjadi kejahatan dengan
alasan, “kan cukup nangkap penjahat sekali saja hari ini, kan sekarang lagi
waktu istirahat, dan lain-lain alasannya”, kapan mau hilang kejahatan. Jadi
kerja dakwah ini adalah identitas dan tanggung jawab ummat ini sebagaimana
polisi, tentara, dan dokter dengan seragamnya. Dan menyampaikan agama Allah ini
adalah tanggung jawab ummat, sebagaimana tanggung jawab polisi pada masyarakat,
suami pada istri, ayah pada anak, guru pada murid. Jadi Dakwah ini adalah
tanggung jawab ummat Nabi SAW, kepada ummat seluruh alam. Kalau seorang polisi
memakai seragamnya, nampak identitasnya sebagai polisi, tetapi kerjanya hanya
duduk-duduk saja di warung, kira-kira atasannya akan marah pada dia atau tidak
nantinya ? minimal dia akan dimarahi, dan dia akan mendapatkan sanksi. Kita ini
adalah Ummat Nabi SAW, inilah identitas ummat ini, dan tanggung jawabnya adalah
kerja dakwah, kerja kenabian. Inilah maksud kenapa ummat Nabi SAW dihantar ke
muka bumi yaitu untuk meneruskan kerja kenabian, kerja dakwah, sebagai Na’ib
Nabi, wakil Nabi.
Kalau
yang namanya dunia ini sudah ada ketentuannya, ayat-ayat yang berjalan itu adalah
bukti-bukti ayat Allah. Ummat islam di ajak berdakwah, keluar di jalan Allah,
tidak mau, bahkan mencela. Ada yang takut rugi, “Kalau saya tinggalkan toko
saya pergi di jalan Allah, siapa yang menjaga toko saya, anak-istri saya, harta
saya”. Mereka berpikir kalau saya dakwah, keluar di jalan Allah, nanti harta
saya akan berkurang, dagangan saya merugi, ladang berantakan, rumah tangga
nanti terlantar. Inilah yang namanya tidak yakin pada Allah, yakin pada mahluk.
Bahkan
lebih bahaya lagi yakin pada dirinya sendiri, dirinya seperti tuhan jadinya,
tuhan bagi keluarganya, tuhan bagi kantornya, tuhan bagi ladangnya, tuhan bagi
kambingnya, tuhan bagi ayamnya, “Kalau tidak ada saya bagaimana jadinya nanti
?”. Akhirnya kita berlaku seperti tuhan, hanya saja kita tidak sadar berlagak
seperti tuhan. Dipikiran mereka tersirat, “Kalau saya ada beres semuanya.”
Inilah pemikiran yang salah. Jelas bahwa segala sesuatu ini adalah kerjanya
Allah. Allah yang membereskan semuanya, sehingga anak beres, rumah tangga
beres, kantor beres, ladang beres, yang membereskan Allah, ini kerja Allah,
bukan kerja kita. Jadi kalau kita beranggapan “Kalau ada saya semua beres dan
kalau tidak ada saya tidak beres”, ini berarti kita sudah berlaku seperti
tuhan. Bagaimana Allah tidak marah pada kita yang seperti itu.
Bukti
kalau kita yakin bahwa Allah ini adalah tuhan dan kita sebagai hamba tuhan
yaitu apa kata Allah kita turutin. Jika kata Allah kita disuruh keluar di jalan
Allah, maka kita keluar di jalan Allah. Lalu siapa yang Jaga anak, istri, toko,
kantor ? jawabnya Allah, inilah tanda Iman yang benar. Kalau kita masih
ragu-ragu, “Nanti bagaimana kalau begini, nanti bagaimana kalau begitu, kalau
saya berangkat ?” inilah ciri-ciri orang yang belum yakin. Inilah yang pernah
terjadi dikalangan sahabat juga, sehingga wafatnya Nabi SAW telah terjadi
benturan yang hebat, terjadi suatu perbedaan pendapat yang sangat hebat antara
satu orang dengan semua sahabat RA. Siapakah satu orang itu ? yaitu Abu Bakar
Shiddiq RA, dan yang lainnya adalah semua sahabat RA, mayoritasnya.
Sebelum
Nabi SAW wafat, Nabi SAW telah dibentuk rombongan yang namanya rombongan atau
Jemaah Usamah bin Zaid RA. Ketika rombongan sudah mau berangkat, Nabi SAW
wafat, sehingga tertunda keberangkatannya. Apa yang dipikirkan ketika itu ?
yaitu siapa yang akan menggantikan Nabi SAW ketika itu. Sahabat ketika itu
sibuk memikirkan pengganti Nabi SAW. Asbab tertundanya rombongan keluar dijalan
Allah, dan para sahabat sibuk memikirkan kekhalifahan, sehingga apa yang
terjadi ketika itu masalah mulai timbul dari :
1. Orang murtad dimana-mana
2. Orang islam tidak mau membayar
zakat
3. Nabi-nabi palsu bermunculan
4. Musuh Islam di luar madinah
sudah siap menyerang ummat islam.
Lalu
ketika Abu Bakar RA dilantik menjadi khalifah, bagaimana cara Abu Bakar RA
menyelesaikan masalah ini. Keputusan pertama yang dibuat Abu Bakar RA setelah
dilantik menjadi khalifah adalah segara kirimkan rombongan yang tertunda pergi
di jalan Allah. Lalu Taskil orang beriman yang laki-laki untuk keluar di jalan
Allah semuanya. Para sahabat bingung dengan keputusan Abu Bakar RA. Mereka
memikirkan jika semua laki-laki keluar dijalan Allah, maka siapa yang akan
menjaga madinah dari musuh, siapa yang akan menjaga ummul mukminin dan keluarga
Nabi SAW. Maka Abu Bakar RA dengan suara lantang berkata, “Kalian tetap keluar
di jalan Allah, nanti Allah yang akan menjaga semuanya. Yang kalian fikirkan
adalah orang-orang islam, tetapi yang harus dirisaukan adalah islamnya, bukan
orang-orang islam”. Inilah perbedaan fikir yang mencolok antara satu orang
sahabat ini melawan fikir sahabat-sahabat yang lain. Disini ada perbedaan
pendapat diantara sahabat yang dapat menjadi pelajaran bagi kita semuanya.
Dimana
Abu Bakar RA dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan menolong mereka. Jika kita
keluar di jalan Allah untuk melaksanakan perintah Allah, maka pasti Allah akan
tolong kita. Ketika itu kira-kira 1 minggu, 7 hari saja, sahabat-sahabat di
kota Madinah semuanya buntu, tidak mempunyai jalan keluar atau solusi.
Orang-orang di madinah hanya memikirkan bagaimana nasib orang-orang islam dan
siapa yang akan menggantikan Nabi SAW, ini saja kesibukan sahabat selama
seminggu. Asbab kefakuman sahabat ini tidak keluar di jalan Allah, sehingga menyebabkan
100.000 orang islam menjadi murtad. Satu minggu saja sahabat ini vakum dari
dakwah, dari keluar di jalan Allah, walaupun di jaman itu hidup ulama-ulama
besar dan sahabat-sahabat yang besar dan kuat, 100.000 orang murtad dari islam.
Lalu Nabi palsu bermunculan, dan tentara Rome sudah sampai di perbatasan siap
masuk ke madinah untuk menghancurkan ummat islam.
Jadi keputusan Abu Bakar ini untuk
mengeluarkan seluruh laki-laki ke luar madinah di jalan Allah ini sungguh tidak
masuk diakal bagi sahabat yang lainnya. Apalagi ketika itu hewan-hewan buas
bisa masuk kapan saja memangsa wanita dan anak-anak di Madinah, jika semua
laki-lakinya keluar dari Madinah. Secara logika laki-laki yang ada seharusnya
dibagi menjadi dua yaitu yang menjaga dalam kota dan yang menjaga diluar kota
atau yang pergi di jalan Allah. Tetapi disini Abu Bakar RA justru menyuruh
laki-lakinya untuk semuanya keluar pergi di jalan Allah.
Note:
Abu
Bakar RA menyelesaikan masalah dengan menggunakan 2 prinsip :
1.
Prinsip Taqwa :
“Saya
tidak rela agama berkurang di jaman kekhalifahan saya ini walaupun itu hanya
seutas tali yang mengikat di leher hewan qurban.”
Takwa
ini maksudnya adalah Sempurna Amal. Jadi atas dasar prinsip ini, Abu Bakar RA
tidak rela dijamannya agama ini berkurang sedikitpun walaupun itu hanya seutas
tali yang mengikat leher hewan korban. Fikirnya Abu Bakar RA ini adalah
bagaimana agama dapat sempurna diamalkan oleh umat islam ketika itu. Inilah
prinsip yang digunakan untuk menghadapi orang-orang islam yang tidak mau
membayar zakat. Jadi mereka diancam akan diberantas jika mereka tidak mau
membayar zakat.
2.
Prinsip Tawakkul :
“Keluarkan
semua laki-laki untuk pergi di jalan Allah. Nanti biar Allah yang menjaga Ummul
mukminin, keluarga nabi dan wanita-wanita di madinah.”
Abu
Bakar RA lebih rela melihat keluarga Nabi dalam bahaya, dibanding harus melihat
agama dalam bahaya. Jadi bagi Abu Bakar RA, derajat Agama ini lebih utama
dibanding keluarga Nabi SAW dan ummat islam itu sendiri. Agama lebih penting
untuk diselamatkan dibandingkan ummat itu sendiri. Abu Bakar RA, mengirimkan
semua laki-laki keluar dijalan Allah dan berserah diri kepada Allah atas
keadaan di Madinah inilah Tawakkalnya Abu Bakar RA. Prinsip ini yang digunakan
untuk menghadapi orang murtad, nabi palsu, dan musuh islam yang mau menyerang
madinah dari luar.
Disinilah
terdapat 2 perbedaan pemikiran dan menyangkut kepada masalah keimanan. Dimana
Abu Bakar RA yakin jika semua pergi di jalan Allah mendakwahkan agama Allah,
maka nanti Allah akan selesaikan semua masalah : orang murtad, nabi palsu, yang
tidak mau bayar zakat, dan pasukan romawi yang sudah siap menyerang. Hanya
dalam waktu tempo 3 hari saja setelah semua pergi di jalan Allah akhirnya
masalah terselesaikan : Madinah tetap aman, 100.000 orang murtad masuk islam
lagi, orang membayar zakat lagi, Nabi palsu dapat ditumpas, dan Pasukan romawi
mundur. Kenapa pasukan Romawi mundur ? mereka mengira karena melihat sangking
banyaknya laki-laki yang pergi dakwah di jalan Allah meninggalkan kota madinah,
kesimpulannya pasti laki-laki yang tinggal di dalam Madinah lebih banyak lagi.
Jadi siapa yang menyelesaikan masalah ? Allah.
Jadi
risaunya Abu Bakar RA ini adalah Islamnya atau Agamanya dulu, bukan orang-orang
Islamnya. Di hari ini ada pemikiran seperti yang terjadi ketika sahabat berbeda
pendapat dahulu. Sekarang kebanyakan kita ini risaunya adalah orang-orang
islamnya, seperti orang islam ada yang dibunuh, diperkosa, diperangi,
hak-haknya dirampas, kekurangan makan, miskin keadaannya, pengungsi-pengungsi,
ini boleh saja. Tetapi seharusnya yang lebih penting lagi adalah risau atas
islamnya. Akibat islamnya tidak dijaga, sehingga Allah tidak menjaga ummat
islam. Ini karena islam itu sendiri sudah diacuhkan oleh orang islam.
Kita lihat hari ini orang islam kebanyakan
tidak sholat, mesjid kosong, karena sholat sudah tidak diacuhkan. Lalu sunnah
sudah ditinggalkan oleh orang islam, bahkan dianggap aneh bagi yang
mengamalkannya. Kehidupan orang islam sudah seperti kehidupan orang yahudi dan
nasrani, tidak ada bedanya dengan cara-cara atau kehidupan orang kafir, sulit
dibedakan mana yang beriman dan mana yang kafir. Semua kehidupan sunnah Nabi
SAW sudah ditinggalkan oleh ummat islam itu sendiri. Tetapi begitu terjadi
musibah, semua orang berpikir sama, “Apa dosa saya ? Kenapa ini bisa terjadi,
musibah seperti ini ? Kenapa Allah tidak tolong kita ?”. Ummat islam diusir,
dibunuh, dijajah, diperkosa hak-haknya, tetapi fikirnya hanya diri mereka
sendiri saja (“Apa dosa saya ?”). Padahal jemaah-jemaah dakwah sudah datang
mengajak kepada sunnah, kembali kepada amal Nabi SAW, amalkan islam, taat pada
perintah Allah. Walaupun perkara-perkara ini sudah didengar berkali-kali,
tetapi tetap saja sama tidak ada peningkatan amal. Ditaskil, diminta untuk
keluar di jalan Allah tidak mau, maka itulah akibatnya, musibah banyak datang
fikirnya “Apa dosa saya ?”. Islamnya sudah kita tinggalin, kita acuhkan, tetapi
ketika musibah tiba-tiba tidak terpikir amal-amal kita yang buruk, bahkan
bertanya, “Kenapa Allah tinggalkan kita, tidak tolong kita ?”
Note
:
Inilah
sifat manusia ketika senang mereka beramai-ramai meninggalkan perintah Allah,
melupakan Allah, tidak mempedulikan kehendakNya. Tetapi ketika musibah datang
baru nangis-nangis kepada Allah. Sudah menjadi sifat manusia hanya ingat kepada
Allah dikala susah dan suka melupakan Allah dikala senang. Bahkan ketika
kesusahan itu datang bisanya hanya merengek minta tolong tetapi tidak mau
memikirkan apa yang Allah kehendaki atas dirinya saat itu dan tidak mau
memikirkan kekurangan atau keburukan amal yang telah dia perbuat, bagaimana
Do’anya mau di dengar oleh Allah ?
Jadi
untuk menyelesaikan masalah itu mudah saja, tidak usah banyak teori, cukup
dalam sunnah saja, kehidupan sahabat sudah dapat menyelesaikan masalah
semuanya. Caranya yaitu ummat islam kembali pada kerja dakwah ini dan keluar di
jalan Allah, berganti-ganti atau bergiliran. Nanti Allah Ta’ala akan selesaikan
semua masalah. Ummat islam dan amal islam akan menjadi kuat. Selama Ummat Islam
dalam keadaan bergerak, maka Allah akan selesaikan semua masalah. Allah akan
tolong ummat ini dan Allah akan ciutkan hati orang kafir terhadap ummat islam.
Di
Madinah, ketika keputusan Amirul Mukminin Abu Bakar RA telah keluar, maka
rombongan bergelombang- gelombang keluar di jalan Allah, sehingga kosong kota
Madinah. Orang Rome langsung ciut hatinya melihat jumlah laki-laki yang keluar
di jalan Allah. Mereka berpikir, “Berarti yang di Madinah pasti lebih banyak
lagi !” Begitulah perasaan orang-orang kafir ini Allah telah ciutkan, sehingga
mereka takut menghadapi ummat islam ketika itu. Jadi dengan adanya pergerakan
ummat itu, bergerak terus untuk agama Allah, maka pertolongan Allah bersama
mereka yang bergerak. Sekarang terlampau banyak orang yang kesibukannya hanay
di kantor, di pasar, di toko, di rumah, ini musibah namanya. Di taskil, di
ajak, keluar di jalan Allah, tidak mau, berat rasanya, ini musibah terbesar
namanya.
Note:
Usaha
ini adalah usaha atas napak tilas pergerakan dan pengorbanan para sahabat.
Seseorang pernah bertanya kepada seorang Masyaikh dari pakistan, Maulana Yunus,
“Apa batasan atau kapan akhir dari perjalanan seseorang ini dalam membuat Amal
Maqomi dan Amal Intiqoli ?” jadi maksudnya apa batasan akhir amalan dakwah ini
sehingga orang sudah dapat dikatakan sampai pada maksud dan tujuannya. Maulana
Yunus katakan “Yaitu ketika pengorbanan ummat ini sudah sampai pada level
seperti pengorbanan para sahabat.” Sangking tingginya pengorbanan para sahabat
ini sehingga mereka bisa menarik langsung apa saja yang ada dari khazanah Allah
kapanpun mereka perlukan. Iman mereka ini, para sahabat RA, sudah sampai pada
taraf walaupun diperlihatkan pada mereka surga dan neraka, maka Iman mereka
sudah tidak dapat naik lagi ataupun berkurang. Namun selama kita ketika
ditaskil masih ada rasa berat, masih merasa memerlukan ini dan itu, dan masih
terkesan hati kita pada selain Allah, berarti kerja atas nishab waktu 40 hari,
4 bulan, ini adalah yang terbaik bagi dia untuk dilakukan dalam rangka islah
dan dalam rangka perjalanan mendekati kepada kehidupan sahabat RA. Jika dia
sudah bisa ditaskil kapan saja diperlukan untuk agama, sehingga dalam hidupnya
tidak ada lagi yang lebih penting dari perintah Allah dan rasulnya, maka ketika
itu nishab waktu sudah tidak berlaku lagi buat dia, yang ada hanya pengambilan
takaza kapapun diperlukan siap. Sahabat ini kapan saja ada takaza atau
permintaan untuk fissabillillah mereka selalu sia,p sehingga tidak ada nishab
waktu diantara sahabat, yang ada kapan dibutuhkan mereka selalu siap dan tidak
ada keraguan sedikitpun meninggalkan yang mereka punya. Sahabat sudah
meletakkan hidupnya untuk mencapai maksud, sehingga siap mengorbankan
segala-galanya kapan saja diminta untuk fissabillillah. Inilah sahabat,
sedangkan kita belum bisa seperti itu. Mereka, para sahabat RA, sudah tidak
terkesan lagi pada apa yang mereka miliki, tetapi hanya pada apa yang Allah
janjikan.
Seseorang
ulama bertanya kepada Masyeik Pakistan, Maulana Jamsyid, Syeikhul Hadits, Guru
besar Madrasah Raiwind, “Mengapa anda mau ikut dalam usaha ini yang tidak ada
haditsnya mengenai tentang nishab 40 hari, 4 bulan, di jalan Allah tersebut ?”
Lalu Maulana Jamsyid katakan, “Andaikata ada suatu usaha lain yang lebih baik
daripada usaha ini dalam memperbaiki kehidupan ummat maka saya akan bantu dan
ikut dalam perjuangan usaha tersebut !” Tetapi masalahnya saat ini yang ada dan
banyak membawa ummat kepada perbaikan hanyalah usaha ini dan telah nampak
hasilnya. Dan usaha atas amar ma’ruf atau kerja dakwah ini adalah usaha yang
paling diperlukan ummat saat ini.
Maulana
Ilyas Rah.A ketika memulai usaha ini asbab fikirnya atas agama dan risaunya
terhadap kondisi ummat saat itu di mewat, beliau telah melakukan beberapa usaha
atas perbaikan ummat.
1.
Usaha Atas Ilmu : Mendirikan Madrasah
Namun
ketika itu yang beliau temui adalah tidak begitu effektif. Seperti ketika
beliau membangun madrasah, salah seorang muridnya yang terbaik setelah lulus
pergi ke kota, dengan harapan murid tersebut dapat memberikan perbaikan
terhadap kehidupan ummat di kota. Ternyata setelah bertemu kembali beberapa
lama kemudian, si murid yang terbaik yang telah tinggal di kota ini, ketika
bertemu telah hilang dari dirinya ciri-ciri keislamannya. Ini menunjukkan
kegagalan atau ketidak effektifan usaha atas madrasah dalam memperbaiki ummat.
Ketika si murid dibawa kepada suasana kota dimana amal agama tidak ada sehingga
terjadi kemerosotan Iman.
2.
Usaha atas Dzikir Ibadah : Mengajarkan Amalan Dzikir
Beliau
mempunyai murid dalam membuat amalan dzikir, karena beliau sendiri juga adalah
seorang Mursyid. Namun masalahnya adalah murid-murid ini mempunyai
kecenderungan untuk menyendiri, melakukan uzlah dengan membuat amalan dzikir.
Sehingga perbaikan atas kehidupan ummatpun juga tidak nampak melalui cara ini.
3.
Usaha atas Kerja Dakwah : Usaha atas Amar Ma’ruf & Fi sabillillah
Asbab
fikir beliau yang kuat atas agama dan kerisauannya atas ummat yang sudah rusak
ini, sehingga Allah telah memberi petunjuk, ilham, kepada beliau untuk memulai
kembali usaha nubuwah. Usaha Nubuwah yaitu usaha yang dibuat Rasulullah SAW
pada waktu kurun awal islam berkembang. Apa itu usaha Nubuwah ? yaitu kerja
dakwah, menyiapkan ummat melanjutkan risalah kenabian. Rombongan dikirim untuk
Fisabillillah agar dapat membuat dan membawa suasana agama sehingga orang
tertarik kembali untuk menghidupkan amal-amal agama di dalam rumahnya,
lingkungannya, dan di seluruh alam. Caranya dengan membuat amal maqomi dan amal
intiqoli, yaitu usaha atas ketaatan, amar ma’ruf, dan usaha atas pengorbanan,
khuruj fissabillillah.
Nabi
SAW ditarbiyah oleh Allah agar gantungannya benar dengan cara memutuskan
hubungan beliau dengan orang-orang yang disekitarnya dan yang dicintainya.
Beliau SAW sebelum berdakwah diberi gelar oleh orang-orang “Al Amin”, “Yang
Terpercaya”. Dan dicintai oleh banyak orang. Namun setelah datang perintah
untuk berdakwah, orang yang sama yang memberi beliau gelar Al Amin memberi
gelar yang baru menjadi “Al Majnun”, “Orang Gila”. Dan orang-orang yang
mencintainya menjadi orang-orang yang paling benci dengannya bahkan dari
kalangan keluarganya sendiri. Dari kecil Beliau SAW di tarbiyah agar selalu
mempunyai gantungan yang benar agar tidak tawajjuh kepada selain Allah. Belum
lahir, ayahnya tempak seorang anak bergantung sudah wafat. Lalu baru sesaat
bertemu ibunya ditengah perjalanan pulang ibunya wafat. Pamannya yang selalu
melindunginya ketika saat-saat dibutuhkan dalam dakwah beliau juga Allah
wafatkan. Istri beliau, Khadijah R.ha, yang selalu mendukungnya dalam kerja
dakwah dan yang selalu menghiburnya dikala susah juga Allah wafatkan pada kurun
masa awal kenabian. Beliau telah kehilangan segalanya dan kehilangan tempat
bergantung selain kepada Allah. Bagaimana Allah mentarbiyah sahabat agar
mempunyai tarbiyah yang sama seperti Nabi SAW sehingga gantungannya hanya
kepada Allah, Sahabat RA diperintahkan untuk hijrah bersama Nabi SAW
meninggalkan segalanya dari anak, istri, harta, jabatan, kampung halaman, dan
lain-lain.
Lalu
bagaimana teguhnya Nabi SAW mempertahankan kerja dakwah ini yaitu ketika beliau
ditawarkan harta, jabatan, dan wanita oleh para petinggi quraish, apa jawab
Nabi SAW, “Walaupun engkau mampu meletakkan bulan ditangan kananku dan matahari
ditangan kiriku, Aku tidak akan tinggalkan kerja dakwah ini walaupun hanya
sekejap saja. Pilihannya hanya dua yaitu mati dalam mendakwahkan agama Allah,
atau hidup melihat agama tersebar.” Inilah keteguhan Nabi SAW memegang usaha
dakwah. Inilah maksud dari usaha ini bagaimana fikir nabi menjadi fikir kita,
risau nabi menjadi risau kita, kesedihan nabi menjadi kesedihan kita, kecintaan
nabi menjadi kecintaan kita, mijaz nabi menjadi mijaz kita. Ini diperlukan
pengorbanan dan training khusus yang dilakukan secara terus menerus sampai pada
akhirnya wujud dalam diri kita. Inilah mengapa kita penting keluar di jalan
Allah dan membuat amal maqomi di mesjid kita.
Da’i
ini hanya mempunyai 2 keadaan saja :
1. Maqomi
2. Khuruj Fissabillillah
Khuruj
Fissabillillah atau Keluar di Jalan Allah ada 2 :
1. Nishab : Waktu Keluar
2. Takaza : Penawaran Kerja
Sedangkan
maksudnya Dakwah ini adalah memenuhi takaza yang ada, bukan nishab saja. Jika
waktunya nishab tetapi datang takaza, maka tinggalkan nishab untuk takaza.
Sahabat-sahabat RA, nishab harian itu 12 jam untuk agama. Sahabat meluangkan
waktu mereka untuk mesjid itu 12 jam, sedangkan takazanya mereka 24 jam, kapan
saja diminta mereka siap tinggalkan semua. Jadi sahabat ini nishab 12 jam,
sedangkan takazanya 24 jam. Jadi dengan gerak yang dilakukan seperti sahabat
ini maka Allah akan tolong ummat islam. Jadi maksud daripada Dakwah ini adalah
memenuhi takaza, dimana daerah yang belum islam, dimana yang belum mengucapkan
syahadat, dimana daerah yang belum dimasuki jemaah, dimana daerah yang belum
hidup amal ? kita siap berangkat kapan saja. Keadaan sahabat itu seperti itu,
siap kapan saja berangkat ketika dibentangkan takaza. Keadaannya di jaman Nabi
ini beda dengan kita, ketika itu para sahabat selalu dalam keadaan mengambil
takaza lagi dan lagi. Sekali taskil sahabat itu lamanya 4 bulan full, di jaman
Umar RA. Ketika mereka pulang dari ambil takaza, ternyata ada takaza lagi,
sehingga mereka berangkat lagi 4 bulan di jalan Allah, inilah kehidupan
sahabat. Dalam setahun berarti sahabat ini 8 bulan di jalan Allah dan hanya 4
bulan saja tinggal di kampungnya. Sedangkan 4 bulan ini jika 1 hari adalah 24
jam maka para sahabat ini menggunakan waktunya 12 jam di mesjid, dan 12 jam di
rumah. Jadi sahabat ini 4 bulan dikampunya adalah 2 bulan untuk mesjid, dan 2
bulan lagi adalah 1 bulan di rumah bersama keluarga dan 1 bulan lagi untuk buat
kerja yang mampu memenuhi keperluan untuk 1 tahun. Allah telah ringkaskan buat
sahabat kerja untuk 1 tahun dapat dilakukan dalam 1 bulan saja. Ini karena apa
? ini adalah berkat amalan dakwah sehingga kehidupan sahabat ini penuh dengan
keberkahan. Tetapi kini kenapa ummat islam itu ketika ditaskil tidak mau keluar
? kerja satu tahun tidak cukup untuk satu bulan, justru sebaliknya hari ini,
tidak seperti di jaman sahabat RA. Kalau ummat islam ini kembali kepada amalan
dakwah, sibuknya mengambil takaza, maka kerja 3 hari saja bisa mencukupi kerja
satu bulan. Tetapi jika ummat islam sibuk mengurusi dunia saja, tinggalkan
amalan dakwah, tidak mau mengambil takaza agama, maka kerja 1 bulan tidak bisa
mencukupi keperluan 3 hari, tidak ada keberkahan. Ini semuanya karena manusia
sudah melecehkan Allah dan perjuangan untuk agama Allah. Padahal semua rezki
itu datang dari Allah, dan sedangkan syetan itu hanya menakut-nakuti.
Note:
Dari
riwayat Tirmidzi , Sesungguhnya Allah berfirman : “Wahai
anak Adam jadikan seluruh hidupmu untuk beribadah kepadaKu, niscaya Aku akan
penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku akan penuhi kebutuhanmu. Dan apabila
engkau tidak mengerjakannya, niscaya Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan
dan Aku tidak akan memenuhi kebutuhanmu.”
Allah
berfirman :
“Setan itu menakut-nakuti kamu dengan kefakiran".
“Kalau
kamu korban, ambil takaza lagi, lalu ambil takaza lagi, maka miskin kamu
nantinya. Bangkrut nanti usaha kamu. Terlantar nanti rumah tangga kamu.”,
inilah perkataan syetan. Masalahnya hari ini kita lebih percaya pada perkataan
syetan dibanding percaya pada perkataan Allah. Ketika kita ditaskil masih tidak
mau berarti di hati kita ini masih percaya pada syetan.
Allah
berfirman : “Sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan keuntungan-keuntungan".
Keuntungan
Dunia-Akherat :
1. Keuntungan dunia : Rizki
yang berkah
2. Keuntungan Akherat : Ampunan
dan Surga
Allah
berfirman : “Sesungguhnya mereka beriman dan beramal sholeh, lalu mereka berhijrah keluar
di jalan Allah dengan harta dan jiwa. Sedangkan mereka yang menjadi anshor
(yang nushroh) Merekalah orang yang beriman yang sejati (yang sebenarnya).
Mereka itulah yang mendapatkan ampunan dari dosa-dosa, dan rizki yang mulia…”
Jadi
keadaan dalam kerja dakwah ini hanya 2 saja :
1. Muhajjir : orang-orang yang
hijrah
2. Anshor : orang-orang yang
Nushroh
Orang
yang melakukan 2 keadaan ini, merekalah orang-orang yang beriman dengan
sebenarnya. Mereka inilah ciri-ciri orang yang beriman dengan sebenarnya. Apa
yang Allah ganjarkan untuk mereka ? Allah akan ampuni dosa-dosa mereka dan
Allah akan berikan mereka rizki yang mulia. Siapa bilang orang yang dakwah akan
menjadi miskin ? Sedangkan Allah mengatakan akan memberikan ampunan dan rizki
yang mulia lagi. Bagaimana datangnya rizki yang mulia ? itu adalah kerjanya
Allah, bukan kerjanya kita. Kita hanya kerjakan kerja kita saja yaitu pertama
Dakwah Illallah dan yang kedua kita Nusroh, menolong dan membantu jemaah yang
sebagai Muhajjirin. Kita jangan memikirkan kerjanya Allah. Allah itu Maha Tahu
bagaimana cara mendatangkan rizki yang mulia itu.
Kerja
Dakwah ini bukan kerja yang sangat susah, tetapi kerja yang sangat mudah.
Sangking mudahnya dapat diberikan dan dibawa oleh semua orang dari yang Raja,
yang jelata, yang cendikia, yang tidak pernah sekolah, yang tua, yang muda,
yang miskin, yang kaya, yang ulama, yang awam, yang sehat, dan yang sakit
sekalipun. Caranya bagaimana ? mudah yaitu ngikut saja. Dengan cara ikut-ikutan
saja, mengikuti jalan ini, maka dia akan faham dan akan selamat dunia akherat.
Belajar saja dengan mengikuti jalan ini nanti Allah yang kasih kefahaman.
Seperti di kampung, ketika seseorang belajar bagaimana menanam padi. Dia tidak
dikasih kuliah ama petani, atau dimasukin ke kampus pertanian. Bagaimana cara
nyangkul, cara menggaruk, cara menyebar benih, cara menanam, cara
membersihkannya, cara mengatur air, ini tidak ada kuliahnya sama sekali. Lalu
bagaimana cara belajarnya ? yaitu dengan mengikuti bapak kita atau petani ke
sawah, belajar langsung dengan mengikuti apa yang mereka lakukan di sawah.
Belajar
langsung dengan pengamalannya, “Learning by Doing”. Bapak pagi-pagi bagun habis
sholat bawa cangkul langsung ke sawah, maka kitapun demikian juga bawa cangkul
ke sawah. Bapak mencangkul disawah, kita lihat sebentar, lalu kita ikut
nyangkul. Ini caranya, ikutin saja, amalkan saja, lama-lama mahir juga,
lama-lama faham juga, karena sehari-hari begitu saja kerjanya maka
lama-kelamaanpun jadi bisa. Tanpa kuliah, tanpa masuk keperguruan tinggi,
seseorang bisa langsung menjadi petani. Sekarang kalau kita lihat orang-orang
yang lulus dari perguruan tinggi bidang pertanian, dengan gelar professor,
doktor, ahli pertanian, yang nanam padi juga bukan mereka, tetapi menanam orang
kampung juga, para petani lapangan lansung yang tidak pernah sekolah. Yang
mengirim beras ke kota itu siapa ? yang mengirim beras kepada orang-orang
pintar di kota itu adalah orang bodoh-bodoh juga dari desa yang mengirimkannya.
Justru beras datangnya dari mereka yang tidak pernah kuliah dikirim kepada
ahli-ahli pertanian yang kuliah.
Ashabul
Kahfi adalah satu rombongan pemuda yang risau terhadap iman, bagaimana
menyelamatkan Iman. Mereka bermusyawarah, mengambil keputusan untuk melarikan
diri. Mereka hijrah ke gunung, dan kehutan-hutan. Mereka mengambil keputusan
tidak mau mati dikampungnya demi menyelamatkan iman mereka. Dalam perjalanan
ikutlah seekor anjing, karena ngikut saja perjalanan pemuda ashabul kahfi ini,
maka anjingpun dapat selamat juga. Pemuda-pemuda adalah mereka yang cinta pada
Allah dan cinta kepada Iman. Mereka ini risau atas keselamatan iman mereka.
Sehingga mereka buat keputusan bahwa mereka harus pergi dari kampung mereka,
menjauhi suasana kemaksiatan tinggal di goa.
Atas
fikir mereka ini, maka Allah selamatkan mereka. Sedangkan anjing yang cuman
ngikut-ngikut mereka saja, selamat juga. Anjing ini binatang najis, dan tidak
berakal, tidak mengerti apa-apa, tetapi karena dia ngikut saja, selamat juga.
Ketika pemuda itu berjalan, si anjing berjalan juga. Ketika si pemuda berhenti,
si anjing berhenti. Ketika pemuda-pemuda itu masuk ke dalam goa, si anjingpun
ikut-ikutan masuk juga. Ketika para pemuda itu tidur, maka si anjingpun ikut
tidur. Akhirnya ditidurkan oleh Allah selama 309 tahun, dan satu-satunya anjing
yang masuk surga ini adalah anjingnya ashabul kahfi. Kalau anjing saja ikut
pergi dijalan Allah diselamatkan, apalagi kita yang beriman mau keluar di jalan
Allah. Sedangkan kita ini ummat yang da’i, modal kita bukan tinggal dihutan,
masuk kegoa mengucilkan diri, tidur disana, kita ini bukan yang seperti itu.
Kita bukan lari dari tempat yang penuh dengan kemungkaran dan kemaksiatan,
bahkan kita tetap berada ditempat yang seperti itu dengan buat kerja untuk
merubah tempat itu menjadi tempat yang penuh dengan ketaatan kepada Allah. Maka
Allah akan tolong kita dan selamatkan kita. Sedangkan orang-orang yang
ikut-ikut kitapun juga akan Allah selamatkan, walaupun tidak mengerti apa-apa,
tidak pernah ke madrasah, tidak bisa ngaji, Insyaallah akan diselamatkan juga.
Jadi kerja ini sangat mudah, ikut saja dengan rombongan, lalu ikutin amalannya,
seperti anjingnya ashabul kahfi yang Allah selamatkan juga. Jika anjing yang
mengikuti ahli ibadah saja selamat, apalagi anjing yang mengikutin para ahlul
dakwah.
Jadi
mudah saja, sediakan waktu, harta, dan diri kita keluar untuk berdakwah, ikut
saja, bahkan keseluruh duniapun kita ikuti. Walaupun tidak mengerti bahasa
inggris, bahasa cina, ikut saja. Allah ini mengerti segala bahasa, walaupun
bukan di daerah orang jawa yang tidak mengerti bahasa jawa, bayan saja pada
mereka. Nanti faham atau tidak faham bukan urusan kita, Allah yang akan
memberikan kefahaman. Ketika orang-orang pergi berdakwah ke cina, afrika, asia,
mereka tidak memahami bahasa tempat-tempat yang mereka datangin. Mereka
kemana-mana dengan menggunakan bahasa arab saja, dakwah dengan bahasa arab,
tetapi Allah beri kefahaman orang masuk islam ke daerah-daerah yang mereka
datangin. Ini karena islam ini tidak perlu mengerti bahasa, tetapi dengan
mengikuti saja orang akan mengerti dan faham maksudnya. Akhirnya banyak bangsa
belajar bahasa Arab.
Begitulah
kita dalam menjadi da’i Allah, yang penting korban saja, intinya pengorbanan.
Bukan atas dasar harta banyak, atau ilmu banyak, bukan atas dasar keduniaan,
tetapi atas dasar pengorbanan saja. Orang yang bodoh kalau dia ikut saja,
korban dan korban lagi, maka Allah akan kasih dia kefahaman dan Allah akan
sempurnakan agama dalam diri dia, walaupun dia bodoh. Ini karena keluar itu meningkatkan
Iman, meningkatkan amal, meningkatkan ilmu juga. Sahabat-sahabat inilah yang
mereka lakukan. Faham islam itu bukan ngaji atau buka kitab di mesjid, sampai
mati, tidak bukan begitu. Para sahabat ini mereka banyak yang bodoh dan buta
huruf, bahkan Nabipun juga buta huruf. Tetapi Islam dalam diri mereka sempurna,
jauh berbeda dengan kita yang tamatan IAIN, Pesantren, Universitas Islam, dan
lain-lain. Bagaimana caranya mereka memahami Islam ini yaitu dengan bergerak
keluar di jalan Allah. Mereka saling ajak mengajak, ajar mengajar, belajar dan
beramal, hijrah dan nusroh, sehingga iman dan amal mereka meningkat.
Sahabat
walaupun tidak pernah ke pesantren, ke universitas, ke sekolah agama, tetapi
mereka bisa tahu asbab-asbab dan kapan nusrotullah akan turun. Tetapi kita yang
sudah sekolah jauh-jauh dan tinggi-tinggi, tidak tahu asbab dan kapan
nusrotullah akan turun. Padahal dari segi kebendaan dan bahasa kita jauh lebih
mengerti dari mereka, tetapi ini semua tidak ada kaitannya dengan nusrotullah.
Maka pada akhirnya Allah akan hinakan kita jika kita tidak faham usaha dakwah
ini. Jadi dakwah ini adalah jalannya Nabi dan jalannya ummat Nabi SAW.
Allah
berfirman : “Katakanlah wahai Muhammad kepada mereka : “Ini adalah jalanku,
mengajak manusia kepada Allah (dakwah illallah), dengan bashiroh (yakin yang
benar), dan jalannya orang-orang yang mengikutiku…”
Inilah
sebabnya nabi perintahkan kepada sahabat untuk dakwah terus kepada manusia.
Dicaci maki, dicela, di intimidasi, mereka tidak berhenti dari berdakwah. “Ala
bashirotin”, dengan yakin yang benar, maksudnya yakin hanya dengan cara atau
jalan ini umat ini akan selamat. Walaupun belum wujud agama, bagaimana Allah
tolong ? tetapi terus saja berdakwah. Ibarat orang membangun rumah. Di gambar
rumahnya terlihat bagus, ada AC, ada Kamar tidur yang nyaman, ada air yang
bersihd an dingin, dan segala macam fasilitas lainnya. Walaupun masih berupa
gambar, dia tetap saja membangun terus, panas-panas bawa besi, kayu, ngecor,
menyemen, dan lain-lain. Jika dia istiqomah dan tidak putus asa maka rumah itu
akan jadi juga seperti yang ada digambar. Sahabat 23 tahun proses membangun
agama.
Nabi
hadir ditengah ummat langsung membangun dakwah illallah, tidak ada itu
membangun kekuasaan dulu, membangun teknologi dulu, membangun ekonomi dulu,
tidak seperti itu kerja Nabi SAW. Apa yang nabi SAW bangun pertama kali ? yaitu
dakwah Illallah, nabi membangun dakwah, agar setiap ummat islam dapat menjadi da’i.
Jadi ummat terbentuk dengan dakwah ini, menjadi kuat dan menjadi kokoh. Ummat
menjadi seperti bangunan yang sangat kokoh asbab dakwah ini. Membangun ummat
dengan jalan dakwah. Sehingga ketika itu Nabi SAW sama seperti kita, ditawarkan
ekonomi yang baik, kekuasaan yang tinggi, wanita-wanita cantik untuk jadi
istri, tetapi ditolak oleh Nabi. Hari ini jangankan ditawarkan, tidak
ditawarkan pun kita sudah rebutan. Hari ini siang malam fikir membangun ekonomi
dan kekuasaan, tidak ada yang beres, semuanya berebutan, akhirnya mereka
bentrokan, bunuh-bunuhan, antar ummat islam lagi. Bagaimana ummat islam ini
akan jadi dan kokoh jika diantara mereka sudah bunuh-bunuhan, sikut-menyikut.
Ini karena caranya bukan dengan cara Allah dan Rasulnya yaitu dengan cara Dakwah
Illallah.
Dakwah inilah satu-satunya jalan Nabi SAW dan ummatnya. Siapa saja
yang mengikuti jalan Nabi ini, jalan dakwah ini, walaupun dicela, dimaki,
diusili, jangan kesan dan sabar saja. Inilah jalannya Nabi-nabi, merekapun,
para Anbiya AS, juga melewati masa-masa itu, dicela, diusir, diusili, dihina,
diboikot, dibunuh, dan lain-lain. Kalau dulu orang kafir yang melakukannya pada
ummat islam, tetapi hari ini ummat islampun juga ikut-ikutan seperti orang
kafir menghakimi kita. Kita jangan ikut-ikutan membalasi mereka, tetapi kita
justru ucapkan “Alhamdullillah”, dapat sunnah Rasullullah SAW. Jika dakwah
tidak dicela atau dihina, berarti itu dakwahnya diragukan, benar atau tidak
dakwahnya itu, aman-aman saja. Dakwah itu kalau aktif justru datang banyak masalah,
dari istri, anak, tetangga, orang tua, kerabat, mertua, ini baru benar
dakwahnya. Tetapi bukan kita nyari-nyari masalah dengan mereka bukan. Kitanya
juga menyampaikannya harus benar dengan hikmah, akhlaq kita juga harus benar,
servis kita juga harus benar, tanya dengan orang-orang lama.
Maka
tahap pertama untuk belajar dakwah ini, kita korbankan waktu dan harta kita
untuk belajar dakwah 4 bulan ke IPB. Yang namanya pengorbanan itu bukannya
nyari dulu, tetapi yang ada kita korbankan, inilah pengorbanan sahabat RA.
Kalau ada tetapi tidak dikorbankan dan nyari dulu ini namanya orang itu belum
mau atau belum siap korban. Orang yang seperti ini tidak akan mendapatkan
hidayah, tidak akan Allah berikan kefahaman. Contohnya adalah pengorbanan
seperti sahabat-sahabat.
Ketika
diminta korban Utsman RA langsung membawa 1/3 hartanya, Umar 1/2 dari hartanya,
sedangkan Abu Bakar RA membawa seluruh hartanya, itu baru namanya orang korban.
Padahal mereka tidak disuruh oleh Nabi SAW untuk membawa jumlah harta dengan
takaran-takaran, tetapi mereka datang dengan kesadaran dan keimanan. Tetapi
itulah tingkat kefahaman sahabat, yang paling faham adalah sahabat Abu Bakar RA
semua hartanya dibawa. Sehingga Abu Bakar RA ini mendapatkan salam dari Allah
Rabbul Alamin karena kefahamannya dan pengorbanannya.
Jadi
inilah ciri pengorbanan para sahabat, yaitu pulang mengambil apa yang ada
dirumah lalu dikorbankan di jalan Allah. Kecuali kalau dia tidak punya apa-apa,
nyari dulu, dengan sholat, do’a, kerja, sedekah, dan amalan-amalan lainnya.
Jadi pengorbanan itu adalah yang ada dirumah dokorbankan, yang ada di sawah di
korbankan, yang ada di toko dikorbankan, ada mobil korbankan dulu untuk 4
bulan, ini baru pengorbanan namanya. Kita balik kerumah dengan tujuan untuk
bermusyawarah dengan keluarga apa yang bisa dikorbankan agar kita bisa pergi di
jalan Allah. Jangan ragu-ragu dengan was was nanti bangkrut, rugi, ini bisikan
syetan saja. Kerja Nabi ini adalah kerja atas pengorbanan bukan santai-santai.
Kalau orang berkorban bukan jadi bangkrut, Allah akan menolong kita,
sahabat-sahabat berkorban bukan menjadi miskin, tetapi mereka menjadi orang
yang kaya-kaya juga. Bahkan bukan kaya dzohir saja tetapi kaya hati, semakin
berkorban semakin kaya hatinya. Tetapi jangan niat berkorban untuk menjadi
orang kaya, bukan itu maksudnya, Allah tidak akan terima pengorbanan yang
seperti itu. Kita berkorban untuk mencari Ridho Allah Ta’ala saja. Jangan
sampai kita mencintai dunia lebih dari pada agama. Orang beriman itu cinta pada
Allah dan RasulNya, tetapi juga mau berjuang dijalanNya, inilah yang benar
Imannya.
Allah
berfirman : “Orang beriman itu adalah orang yang beriman kepada Allah dan
Rasulnya tidak ragu-ragu dan mereka berjuang di jalan Allah dengan harta dan
jiwa. Itulah orang-orang yang Imannya benar.”
Kita
tidak tahu kapan umur kita akan habis atau mati. Maka kita jangan tunda-tunda
lagi utuk pergi di jalan Allah. Tahap awal kita korbankan yang ada dari yang
kita punya. Kita sediakan waktu dan harta buat mengikuti Napak Tilas
pengorbanan para sahabat agar Allah kumpulkan kita bersama mereka. Hari ini
kita lihat orang tidak mengira atau direncanakan tahu-tahu sudah mati di jalan,
mati di kasur, mati di rumah sakit, na’udzubillah bahkan ada yang mati ditempat
maksiat. Atas perkara ini mari kita ambil keputusan untuk pergi di jalan Allah
sebelum maut menjemput karena kita tidak tahu kapan maut itu datang, dan agar
kita tidak menyesal.
Ustd. H. Muslihuddin (Syura' Indonesia).
No comments:
Post a Comment