Thufail bin Amr ad-Dausi, seorang bangsawan yang mulia dan bijaksana
sekaligus penyair cendekiawan dari bani Daus di Yaman. Ketika ia datang di
Mekah, segera saja orang-orang Quraisy menemuinya dan memperingatkannya dari
Nabi SAW, dari kata-kata beliau yang mempesonakan, yang dianggapnya sebagai
sihir yang hendak memecah-belah seseorang dengan keluarganya. Memisahkan
seorang ayah dari anaknya, seorang istri dari suaminya, bahkan dirinya sendiri
dari kaumnya. Mereka menyarankan agar Thufail tidak berbicara dan mendengarkan
ucapan Nabi SAW. Mereka khawatir kalau peristiwa yang terjadi di Mekah itu akan
menimpa Bani Daus, kaumnya Thufail.
Orang-orang Quraisy begitu gencar mengingatkannya sehingga ia
menetapkan diri untuk tidak menemui Nabi SAW. Tetapi ternyata takdir menentukan
nasibnya, suatu hari Thufail pergi ke Ka'bah, dan pada saat yang sama, Nabi SAW
sedang berada di sana. Tanpa sengaja ia mendengarkan kata-kata Rasulullah SAW,
dan itu amat berkesan di hatinya.
Hati kecilnya terusik, "Bagaimanapun aku seorang cendekiawan
dan penyair, aku dapat mengenal mana yang baik dan mana pula yang buruk. Apa
salahnya kalau aku mendengarkan sendiri apa yang akan dikatakan orang itu! Jika
ternyata baik akan kuterima, kalau buruk akan kutinggalkan."
Ia mengikuti Rasulullah SAW sampai ke rumah beliau dan bertamu,
kemudian menceritakan tentang apa dikatakan kaum Quraisy kepadanya dan apa yang
terlintas dalam hatinya itu. Nabi SAW memaklumi sikap orang-orang Quraisy
tersebut, dan menjelaskan tentang risalah
Islam kepadanya. Beliau juga membacakan beberapa ayat-ayat Quran. Akal
sehatnya tidak bisa lagi tertutup dari kebenaran, Thufail langsung memeluk
Islam saat itu juga.
Thufail adalah seorang tokoh yang ditaati oleh kaumnya, Bani Daus,
ia meminta ijin Nabi SAW untuk mendakwahkan Islam kepada kaumnya, dan beliau
menyetujuinya. Ia juga meminta Nabi SAW mendoakannya agar Allah SWT memberikan
suatu tanda sebagai penolong dalam usaha dakwahnya, dan beliau juga
mendoakannya.
Dalam perjalanan pulang ke kaumnya, ia kemalaman di suatu tempat di
antara dua gunung. Dalam kegelapan malam itu, tiba-tiba muncul sinar di antara
dua matanya. Thufail merasa ini adalah pengabulan doa Nabi SAW atas tanda yang
dimintanya. Tetapi ia khawatir kalau adanya sinar di wajahnya justru dianggap
kaumnya sebagai hukuman karena ia memecah belah kaumnya dengan dakwah islamnya
itu, karena itu ia berdoa kepada Allah agar sinar itu dipindahkan dari
wajahnya. Allah mengabulkan doanya, dan sinar itu berpindah ke ujung cambuknya.
Ketika sampai di kalangan kaumnya, pertama kali ia mendakwahi
keluarganya. Ayah dan istrinya menyambut ajakannya memeluk Islam, sedang ibunya
menundanya. Tidak mudah bagi Thufail mengajak kaumnya memeluk Islam, beberapa orang bahkan mendustakan dan
memusuhinya karena dakwahnya tersebut.
Setelah beberapa waktu lamanya berdakwah hanya beberapa orang saja
menyambut ajakannya memeluk Islam, sebagian besar malah memusuhinya. Ia kembali
menemui Nabi SAW di Makkah, dan berkata, “Ya Rasulullah, doakanlah kebinasaan
untuk Bani Daus, karena kebanyakan dari mereka mendustakanmu…!!”
Nabi SAW tersenyum mendengar permintaan Thufail tersebut, kemudian
mengangkat tangan beliau dan berdoa, "Ya Allah, berilah hidayah kepada
Daus.."
Setelah itu beliau berpaling kepada Thufail dan bersabda,
"Kembalilah engkau kepada kaummu, serulah mereka kepada Islam dengan lemah
lembut."
Thufail sangat terkesan dengan sikap beliau tersebut. Ia segera
kembali ke kampungnya, dan mendakwahi kaumnya dengan sabar dan lemah lembut.
Pada tahun 7 hijriah, ia berhijrah ke Madinah dengan tujuh puluh atau
delapanpuluh keluarga yang semuanya telah memeluk Islam, termasuk di antaranya
Abu Hurairah. Saat itu Nabi SAW dan sahabat-sahabat beliau sedang dalam
peperangan Khaibar, maka mereka, kecuali wanita dan anak-anak, segera menyusul
dan ikut terjun dalam pertempuran melawan kaum Yahudi tersebut.
Thufail meninggal pada masa kekhalifahan Abu Bakar ash Shididiq, ia
syahid dalam perang Yamamah, peperangan dalam rangka menumpas nabi palsu,
Musailamah al Kadzdzab.
Wallahu a'lam.
No comments:
Post a Comment