Maulana Yusuf ini rumahnya terpisahkan hanya oleh selembar karung
goni dengan masjid tempat beliau mengatur kerja dakwah. Rumahnya bukan
terpisahkan oleh kain yang mahal, tirai yang mahal, tidak tapi hanya
terpisahkan oleh karung goni, begitu sederhananya kehidupan beliau ini.
Sangking sibuknya Maulana Yusuf ini disibukkan oleh kerja dakwah, menuntaskan
buku hayatus sahabah, menegakkan usul usul dakwah, mengatur jemaah, kadang
kadang baru bisa mengunjungi isterinya dua minggu sekali saja.
Suatu ketika isteri Maulana Yusuf ini sakit keras, datanglah utusan
dari rumah beliau untuk menyampaikan bahwa isterinya sakit keras. Namun asbab
kesibukan beliau dalam dakwah, ummat banyak yang membutuhkan arahan beliau,
sehingga Syeikh Yusuf mengatakan kepada utusan isterinya, "Sampaikan salam
kepada isteriku, katakan padanya sebentar lagi saya akan menjumpainya."
Syeikh Yusuf diberik kabar agar segera datang untuk mendoakan isterinya yang
sakit keras dan mendampingi isterinya menjelang wafat. Syeikh Yusuf asbab
kesibukannya mengurus ummat beliau menyampaikan kepada utusan bahwa Syeikh
Yusuf akan datang 30 menit lagi untuk menemani isterinya. Namun isteri Syeikh
Yusuf ini wanita yang luar biasa, mendengar pesan dari Syeikh Yusuf ini,
isterinya berkata : "Sampaikan salamku kepada Syeikh Yusuf, dan katakan
bahwa saya sedekahkan waktu 30 menit yang dberikan kepada saya ini, untuk ummat
Rosulullah saw. Tidak usah datang jangan alihkan kesibukkan beliau ini dari
dakwah."
Dan betul dakwah terus dijalankan oleh Maulana Yusuf Rah.A, belum
sempat didatangi, isterinya sudah meninggal dunia. Waktu 30 menit yang
disedekahkan oleh isteri Syeikh Yusuf Rah.A ini berapa hidayah untuk ummat
Rosululloh saw. Isteri yang seperti inilah yang kita inginkan, kita bentuk agar
fikir dakwah ini juga terbentuk dalam diri mereka. Inilah kepentingan
menjadikan isteri kita ini sebagai partner dalam dakwah. Suatu kedzoliman
jadikan isteri kita hanya sebagai hamba sahaya yang kerjanya hanya mencuci
pakaian kita, membersihkan rumah, atau pun memasak makanan untuk kita. Allah
tidak ciptakan seorang isteri ini hanya untuk menjadi hamba sahaya saja.
Ketahuilah bahwa orang tua dari isteri kita ini tidak pernah terpikirkan
semenjak anaknya lahir itu sampai dia menikah hanya untuk menjadi hamba sahaya
kita. Coba tanya mertua kita apakah ingin anak mereka menjadi hamba sahaya ?
Saya rasa tidak. Dan dalam al Quran pun tidak ada ayat yang menjadikan isteri
ini sebagai hamba sahaya, tetapi yang ada adalah untuk dijadikan partner dalam
dakwah dan juga dalam pendidikan anak. Inilah kepentingan menjadikan isteri
kita partner dalam kerja dakwah, insyaAllah kita niatkan.
Jadi dalam dakwah tanggung jawab suami dan isteri sama, laki laki
dan perempuan mempunyai tanggung jawab yang sama dalam dakwah. Maka fikirnya
bagi para isteri ini adalah :
1. Bagaimana saya membantu menyiapkan suami saya untuk kerja dakwah
?
2. Bagaimana saya mewujudkan pendidikan anak ?
Al Quran menceritakan walaupun tanggung jawab dakwah ini sama untuk
laki laki dan perempuan, "Ana wamanit taba'ani", hanya saja medan
kerjanya laki laki dan perempuan yang dibedakan oleh Allah SWT. Di sinilah ciri
ciri kelaki-lakian dapat kita lihat yaitu medan kerjanya. Ciri ciri
kesempurnaan laki laki ini dapat dilihat dari 4 perkara ini :
1. Memakmurkan masjid
Dirumah rumah yang didirikan dan disebut nama Allah di dalamnya ini
maksudnya masjid atau rumah Allah. Masjid ini milik Allah, jangan kalian
besarkan selain Allah di masjid. Jika ada bupati atau gubernur minta dipilih
dalam masjid, maka jangan pilih mereka. Masjid bukan untuk kampanye atau
menceritakan kebesaran gubernur atau bupati, tapi murni hanya untuk membesarkan
Allah saja. Bertasbihlah setiap pagi dan petang dan sholat 5 kali sehari, siapa
? Laki laki, rijalun. Jadi sholat berjamaah ini adalah kerja daripada laki
laki. Namun kalau perempuan mau sholat di masjid jangan dilarang, hanya saja
sholatnya wanita ini dirumah sendiriannya lebih baik 25 derajat dibanding
sholatnya bersama laki laki di masjid. Maka nanti jika ada anak laki laki
datang mau melamar anak kita, yang pertama kali kita seleksi adalah kita
tanyakan, "Dimana kamu tadi subuh sholat ?" Kalau dijawab
"dirumah" , maka katakan. "Maaf saya tidak bisa menikahkan anak
saya dengan orang yang tidak sempurna kelelakiannya."
2. Buat Kerja Dakwah
"Kami tidak mengutus sebelum kamu, wahai Muhammad, sesorang
Nabi kecuali laki laki"
Tidak ada Nabi yang wanita, semua kerja Nabi ini dilakukan oleh
laki laki. Apa kerja Nabi ini adalah berdakwah. Kerja mendakwahkan agama Allah
ini adalah kerja laki laki, yang pergi mendakwahkan agama Allah kemana mana ini
adalah laki laki. Walaupun secara tanggung jawab laki laki dan perempuan ini
mempunyai tanggung jawab yang sama dalam dakwah namun medannya beda. Kalau
perempuan menghidupkan dakwah dari rumahnya, kalau laki laki ini dengan
melakukan 2,5 jam mengajak orang taat kepada Allah. Dimulai dengan berjaulah
mengajak para laki laki dikampungnya untuk mau menghidupkan sholat berjamaah di
masjid. Jadi ciri ciri kelelakian ini selain sholat berjamaah di masjid, tapi
juga mengajak orang di kampungnya untuk memakmurkan masjid minimal 2,5 jam.
Karkun yang tidak menyediakan waktu 2,5 jam ini adalah karkun yang telah
kehilangan kelelakiannya.
3. Siap Mengangkat Pedang
untuk Perang di Jalan Allah
"Sebagian orang beriman adalah laki laki, laki laki yang
menepati janji siap mati di jalan Allah, sebagaimana mereka menghembuskan
nafasnya mati sebagai syahid, sebagian lagi dari mereka ada yang menunggu kapan
saya mati syahid, dan yang sebagian lagi tetap setia tidak merubah janji mereka
untuk mati di jalan Allah."
Jadi ciri kelelakian yang ketiga adalah kesiapan dia untuk
mengangkat pedang yang sudah diasah isterinya di rumah untuk membela agama
Allah sampai gugur mati syahid. Jadi ciri kelelakian yang ketiga dari laki laki
ini adalah memiliki pedang di rumahnya yang disiapkan sewaktu waktu untuk dia
mengangkat pedang memenuhi janjinya mati di jalan Allah. Jadi laki laki yang
punya pedang adalah laki laki yang sempurna ciri kelelakiannya tersebut. InsyaAllah
siap punya pedang di rumah. Laki laki ini harus siap berperang jika ada
panggilan, sedangkan perang ini dilakukan diluar rumah. Laki laki yang berani
berperang di dalam rumah ini laki laki yang banci, yaitu laki laki yang telah
kehilangan kelelakiannya.
Nabi saw bersabda :
"Apakah kamu akan menjadi seseorang yang memukuli isterinya di
siang hari, seperti hamba sahaya, dan lalu melampiaskan nafsunya di malam
hari."
Nabi saw marah dengan perlakuan suami yang seperti ini kepada
isterinya. Nabi saw marah dengan laki laki yang beraninya berkelahi dalam
rumah. Rumah bukan tempat tempur bagi seorang laki laki. Bukannya medan untuk
suami berkelahi dengan isteri, tidak. Nabi saw marah kepada suami yang
berkelahi dengan istrinya di rumah.
Wallahu a’lam.
No comments:
Post a Comment