"We leave the sunnah because it’s JUST a sunnah,
whereas the Shahabah performed the sunnah BECAUSE it is a sunnah."
Masyarakat hari ini memandang ringan terhadap sunnah karena
tidak memahami bahawa agama Islam ini bukanlah semata-mata agama, bahkan adalah
satu cara hidup (way of life). Islam ini agama yang syumul (comprehensive).
Maka di dalam sunnah, kita dapati ia menyentuh semua aspek kehidupan termasuk
cara makan, tidur, bergaul, berkahwin, muamalah dan sebagainya.
Kita perlu bahkan penting untuk mencontohi sikap shahabat
yang senantiasa bersegera melaksanakan sunnah bahkan sunnah itu sentiasa
diaplikasikan di dalam kehidupan seharian. Ini kerana tiada petunjuk yang lebih
baik dari apa yang ditunjukkan oleh Nabi SAW. Allah SWT berfirman:
لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ
أُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ
"Demi sesungguhnya, adalah bagi kamu pada diri
Rasulullah itu contoh ikutan yang baik.." (Surah al-Ahzab 33:21).
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari ibnu Umar r.a., beliau
berkata: Bahawa Rasulullah SAW mengenakan cincin daripada emas, lalu
orang-orang mengenakan juga cincin dari emas. Kemudian Nabi membuangnya dan
bersabda: "Aku tidak akan mengenakannya untuk selama-lamanya." Maka
mereka pun membuang cincin tersebut.
al-Hafiz ibn Hajar al-Asqalani menyebutkan di dalam Fathul
Bari: "Hadits ini menunjukkan bahawa para shahabat selalu bergegas untuk
meneladani semua perbuatan Rasulullah. Selama beliau menetapkan sesuatu, mereka
segera mengikutinya, dan ketika beliau melarang mereka segera
meninggalkannya."
Oleh sebab itu, ketahuilah wahai saudaraku! Siapa saja dari
umat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang berupaya untuk senantiasa
mengikuti dan menaati beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dengan ikhlas serta
menjadikannya sebagai suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari, maka sungguh
ia akan mendapatkan sekian banyak keutamaan yang dijanjikan oleh Allah
subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam di antaranya
adalah sebagaimana keterangan berikut ini:
1. Mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Merupakan Sebab Diterimanya Suatu Amalan
Telah kita ketahui bersama bahwa dua prinsip dasar yang
harus selalu beriringan dalam melandasi suatu amal agar diterima oleh Allah
subhanahu wa ta’ala adalah keikhlasan dan mengikuti sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebaliknya, apabila hilang salah satu dari
keduanya, maka amalan itu tidak akan diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala,
dan hendaknya kita khawatir suatu amal shalih yang kita kerjakan akan ditolak
atau tidak diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang tidak pernah kami tuntunkan,
maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim)
Dari hadits di atas dapat diambil kesimpulan bahwa salah
satu keutamaan terbesar dalam Ittiba’us Sunnah (mengikuti Sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam) adalah diterimanya suatu amalan.
Al Imam Ibnu Qudamah rahimahullah berkata: “Dalam mengikuti
Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terdapat keberkahan dalam
mengikuti syari’at, meraih keridhoan Allah subhanahu wa ta’ala, meninggikan
derajat, menentramkan hati, menenangkan badan, membuat marah syaithan, dan
berjalan di atas jalan yang lurus.” (Dharuratul Ihtimam)
2. Mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Membuahkan Persatuan Kaum Muslimin
Para pembaca yang mulia, setiap muslim tentu sangat
merindukan terwujudnya persatuan kaum muslimin. Sebagaimana yang telah kita
ketahui bersama, bahwa persatuan merupakan perkara yang diridhoi dan
diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, sedangkan perpecahan merupakan
perkara yang dibenci dan dilarang oleh-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman
(artinya): “Dan berpegang-teguhlah kalian semua dengan tali (agama) Allah, dan
janganlah kalian bercerai-berai.” (Ali Imran: 103)
Al Imam Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Allah
telah memerintahkan kepada mereka (umat Islam, red) untuk bersatu dan melarang
mereka dari perpecahan. Di dalam banyak hadits juga terdapat larangan dari
perpecahan dan perintah untuk bersatu dan berkumpul.” (Tafsir Ibnu Katsir)
Adapun asas bagi persatuan yang diridhoi dan diperintahkan
oleh Allah subhanahu wa ta’ala bukan berasaskan kesukuan, organisasi, kelompok,
daerah, partai, dan sebagainya. Akan tetapi asasnya adalah: Al Qur’an dan
Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan pemahaman As-Salafush
Shalih (para shahabat Rasulullah, para tabi’in, dan tabi’ut tabi’in).
Al Imam Al Qurthubi rahimahullah ketika menjelaskan ayat 103
surat Ali Imran di atas menyatakan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala mewajibkan
kepada kita agar berpegang teguh dengan kitab-Nya (Al Qur’an) dan sunnah
nabi-Nya, serta merujuk kepada keduanya di saat terjadi perselisihan. Allah subhanahu
wa ta’ala juga memerintahkan kepada kita agar bersatu di atas Al Qur’an dan As
Sunnah dalam hal keyakinan dan amalan. Hal ini agar kaum muslimin bersatu dan
tidak tercerai-berai, sehingga akan meraih kemaslahatan dunia dan agama, serta
selamat dari perselisihan. (Lihat Tafsir Al Qurthubi)
Mengapa harus dengan pemahaman As Salafus Shalih (para
shahabat Rasulullah, para tabi’in, dan tabi’ut tabi’in)?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:
“Sebagaimana tidak ada generasi yang lebih sempurna dari generasi para
shahabat, maka tidak ada pula kelompok setelah mereka yang lebih sempurna dari
para pengikut mereka. Maka dari itu, siapa saja yang lebih kuat dalam mengikuti
hadits Rasulullah dan sunnahnya, serta jejak para shahabat, maka ia lebih sempurna.
Kelompok yang seperti ini keadaannya, akan lebih utama dalam hal persatuan,
petunjuk, berpegang teguh dengan tali (agama) Allah, dan lebih terjauhkan dari
perpecahan, perselisihan, dan fitnah. Dan barangsiapa yang menyimpang jauh dari
itu (Sunnah Rasulullah dan jejak para sahabat), maka ia akan semakin jauh dari
rahmat Allah dan semakin terjerumus ke dalam fitnah.” (Minhajus Sunnah)
3. Pahala Besar Bagi Orang Yang Berpegang Teguh Dengan
Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Dari shahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya di belakang
kalian ada hari-hari kesabaran, kesabaran di hari itu seperti menggenggam bara
api, bagi yang beramal (dengan Sunnah Nabi) pada saat itu akan mendapatkan
pahala lima puluh.” Ada seseorang yang bertanya: “Lima puluh dari mereka, wahai
Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Pahala lima puluh dari kalian.” (Shahih, HR.
Abu Dawud dan At Tirmidzi)
4. Jaminan Istiqomah dan Hidayah Bagi Orang Yang Berpegang
Teguh dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Selama seseorang berada di atas Sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, maka ia akan tetap berada di atas jalan
istiqomah. Sebaliknya, jika tidak demikian, berarti ia telah menyimpang dari
jalan yang lurus. Sebagaimana yang dikatakan oleh shahabat Abdullah bin Umar
radhiyallahu ‘anhu: “Manusia akan senantiasa berada di
atas jalan yang lurus selama mereka mengikuti jejak Nabi.” (HR. Al Baihaqi,
Miftahul Jannah).
Shahabat ‘Urwah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Mengikuti
sunnah-sunnah Nabi adalah tonggak penegak agama.” (HR. Al Baihaqi, Miftahul
Jannah).
Salah seorang tabi’in bernama Ibnu Sirin mengatakan: “Dahulu
mereka mengatakan: selama seseorang berada di atas jejak Nabi, maka ia berada
di atas jalan yang lurus.” (HR. Al Baihaqi, Miftahul Jannah)
Oleh karena itu, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman
(artinya): “Dan jika kalian menaatinya niscaya kalian akan mendapatkan
hidayah.” (An Nur: 54)
Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di rahimahullah berkata: “Jika
kalian menaati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam niscaya kalian akan
mendapatkan petunjuk ke jalan yang lurus, baik ucapan maupun perbuatan. Dan
tidak ada jalan untuk mendapatkan hidayah melainkan dengan menaatinya, dan tanpa
(menaatinya) tidak mungkin (akan mendapatkan hidayah) bahkan mustahil.” (Tafsir
As Sa’di)
5. Mendapatkan Cinta dari Allah subhanahu wa ta’ala,
keampunan dan akan masuk Al Jannah (surga)
Para pembaca yang mulia, bukankah kita semua ingin
mendapatkan cinta dari Allah? Ketahuilah! Bahwa cinta dari Allah subhanahu wa
ta’ala hanya akan diperoleh dengan mengikuti dan mentaati Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala
(artinya):
“Katakanlah (wahai Muhammad!): “Jika
kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku! Niscaya Allah pasti akan mencintai
kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (Ali Imran: 31)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
“Setiap umatku akan masuk Al Jannah (surga) kecuali orang yang enggan.” Para
shahabat bertanya: “Siapakah orang yang enggan itu wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab: “Barangsiapa yang menaatiku, ia akan masuk Al Jannah dan barangsiapa
yang bermaksiat kepadaku, maka sungguh ia telah enggan.” (HR. Al Bukhari)
Wallahu a’lam.
...........................
No comments:
Post a Comment